Apakah di perusahaan Anda masih terjadi kecelakaan kerja atau bahkan meningkat setiap tahunnya? Atau masih ada pekerja yang tidak menggunakan alat pelindung diri saat bekerja? Jika ya, kemungkinan besar penerapan K3 di perusahaan Anda masih belum maksimal. Lalu, mengapa hal ini masih terjadi? Penyebabnya bisa beragam, namun ada satu hal penting dan kerap diabaikan mayoritas manajemen, yaitu safety culture atau budaya keselamatan di perusahaan Anda belum kuat.
Pepatah dari Cina mengatakan:
“Beri tahu saya, maka saya akan lupa. Tunjukkan kepada saya, maka saya akan ingat. Libatkan saya, maka saya akan mengerti.”
Pepatah tersebut sangat pas diterapkan dalam membangun budaya keselamatan di tempat kerja. Pasalnya, budaya keselamatan tidak bisa dibentuk oleh satu individu, tetapi harus melibatkan semua orang yang ada di dalam organisasi tersebut. Menurut Occupational Safety and Health Administration (OSHA), budaya keselamatan dibangun atas komitmen bersama, sistem manajemen K3 yang mumpuni, dan persepsi bersama yang menekankan pentingnya K3, sehingga membentuk kebiasaan keselamatan kerja yang berkesinambungan.
Lantas, bagaimana cara perusahaan mengukur keberhasilan suatu budaya keselamatan? Sepuluh tanda berikut ini bisa Anda jadikan tolak ukur, apakah perusahaan sudah memiliki safety culture yang kuat atau belum.
1. Pemimpin memiliki safety leadership yang kuat
Pemimpin yang memiliki kepemimpinan keselamatan (safety leadership), tentu akan menjadi teladan bagi para pekerjanya. Sebagai teladan, pemimpin akan melibatkan para pekerja agar sejalan dengan proses membangun budaya keselamatan dengan cara mengubah mindset dan perilaku mereka melalui komunikasi langsung. Tidak hanya itu, pemimpin juga senantiasa mengoreksi pekerjaan atau proses yang tidak sejalan dengan prinsip-prinsip keselamatan. Kesediaan pemimpin mengoreksi langsung merupakan bentuk tanggung jawab dan komitmennya dalam membangun budaya keselamatan.
2. Pekerja memiliki kompetensi K3 yang mumpuni
Source: gettyimages.com
Dalam mencapai keberhasilan safety culture, seluruh pekerja di perusahaan wajib memiliki pengetahuan dan skill K3 yang baik. Artinya, mereka terbukti berkompeten dalam mengaplikasikan aspek keselamatan saat bekerja, memahami peran dan tanggung jawabnya, serta mengetahui prosedur kerja yang aman.
3. Memiliki tujuan safety culture yang jelas
Source: gettyimages.com
Coba Anda bayangkan, bagaimana perusahaan menjalankan proses safety culture tanpa ada target yang jelas? Dengan tujuan yang jelas, Anda pun bisa mengukur tingkat safety culture perusahaan Anda sudah sampai mana. Misalkan, tahun depan perusahaan harus mencapai zero accident. Dengan begitu, Anda dapat melihat keefektifan safety culture dari hasil target yang sudah ditentukan.
4. Memprioritaskan keselamatan dalam proses produksi
Source: gettyimages.com
Perusahaan yang sudah memiliki safety culture yang baik selalu memprioritaskan keselamatan dalam proses produksinya, dibanding hanya peduli pada seberapa banyak barang yang sudah dihasilkan atau barang yang berhasil ia jual. Karena manajemen yakin, dengan menerapkan K3 secara konsisten, maka produktivitas kerja pun akan meningkat yang pada akhirnya hasil produksi pun turut mengalami kenaikan.
5. Tindakan pencegahan dan pengendalian risiko K3 yang matang
Source: gettyimages.com
Perusahaan yang memiliki safety culture yang kuat akan proaktif mengidentifikasi bahaya dan melakukan pengendalian risiko untuk menghindari terjadinya kecelakaan kerja. Selain itu, para pekerjanya juga terbiasa melaporkan kondisi tidak aman, bahaya, prosedur yang tidak efektif, proses yang gagal, dll. kepada pimpinannya tanpa menunggu perintah.
6. Melakukan training rutin bagi pekerja
Source: gettyimages.com
Pelatihan kompetensi tidak hanya diberikan untuk pekerja baru saja. Pekerja lama pun wajib diberikan training untuk meningkatkan pengetahuan dan keahliannya. Perusahaan dengan safety culture baik, biasanya sudah memasukkan training ke dalam program tahunannya dan memastikan semuanya berjalan sesuai yang telah diagendakan.
7. Pekerja aktif terlibat dalam upaya peningkatan K3
Source: gettyimages.com
Lihatlah apakah pekerja di perusahaan Anda aktif dalam meningkatkan K3 atau malah mengabaikannya? Para pekerja yang selalu terlibat dan inisiatif dalam upaya peningkatan K3, ini merupakan hasil nyata bahwa perusahaan berhasil membangun safety culture yang kuat.
8. Keselamatan kerja selalu menjadi topik utama dalam agenda pertemuan
Source: gettyimages.com
Hal ini bisa dijadikan indikator untuk melihat seberapa besar perusahaan peduli pada keselamatan dan kesehatan para pekerjanya. Bila nyatanya dalam setiap pertemuan, perusahaan hanya membahas hasil atau keuntungan perusahaan dari segi materi saja, tanpa ada pembahasan sedikit pun tentang K3, Anda mungkin dapat menilainya sendiri seberapa pedulikah manajemen pada keselamatan kerja.
9. Memberikan reward kepada pekerja yang berhasil menerapkan K3
Source: gettyimages.com
Pemberian reward merupakan tanda perusahaan menghargai karyawannya. Karyawan berprestasi berhak mendapatkan reward atas kinerja dan keberhasilannya berperilaku aman saat bekerja. Selain sebagai bentuk penghargaan, reward ini juga bisa membuat karyawan lain merasa termotivasi untuk bekerja lebih baik.
10. Perusahaan memandang penerapan K3 sebagai investasi, bukan biaya
Source: gettyimages.com
Pandangan ini membuat perusahaan Anda tak hanya berhasil dalam hal K3, tetapi juga berhasil dalam bisnisnya. K3 merupakan investasi jangka panjang yang bisa mendatangkan keuntungan di masa mendatang, terutama dalam menghadapi persaingan. Tak hanya itu, dengan penerapan K3 yang maksimal, perusahaan bisa mendapatkan benefit berupa penghematan-penghematan. Terutama menghemat kerugian biaya akibat kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.
Itulah 10 tanda yang dapat Anda jadikan tolak ukur keberhasilan penerapan safety culture di perusahaan. Lihatlah, jika sebagian besar jawaban Anda mengatakan “Ya”, maka perusahaan Anda telah berhasil menciptakan safety culture. Hal tersebut wajib Anda pertahankan. Sebaliknya, jika mayoritas jawaban Anda mengatakan “Tidak”, itu tandanya Anda harus bekerja lebih keras lagi menciptakan budaya keselamatan di tempat kerja. Sudah sampai manakah penerapan safety culture di perusahaan Anda, sobat pro safety?
Salam safety!