Apakah Anda sering merasakan lemas, sakit kepala, mata pedih, dan sakit leher atau punggung dalam kurun waktu bersamaan di tempat kerja? Bisa jadi Anda terkena Sick Building Syndrome (SBS). Umumnya, SBS ini disebabkan sirkulasi udara yang kurang baik di ruangan kerja.
Penelitian yang dilakukan oleh National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH) mengenai indoor air quality menemukan bahwa 52 persen gedung di Amerika memiliki kualitas udara yang buruk akibat ventilasi ruangan yang kurang memadai.
Source: ultrachemlabs.com
Kurangnya ventilasi udara membuat udara segar yang masuk ke dalam ruangan jadi lebih sedikit. Selain itu, jumlah karbondioksida di sebuah gedung biasanya berhubungan dengan berapa banyak udara segar yang masuk ke dalam ruangan tersebut. Semakin tinggi konsentrasi karbon dioksida di dalam ruangan, semakin rendah pula pertukaran udara segarnya. Berikut tingkat ideal karbondioksida dalam sebuah ruangan dan efeknya bagi kesehatan:
- 250-350 ppm: tingkat normal udara di luar ruangan
- 350-1.000 ppm: tingkat pertukaran udara di dalam ruangan baik
- 000-2.000 ppm: kualitas udara buruk dan memberikan efek rasa kantuk
- 000 ppm-5.000 ppm: kualitas udara buruk dan memberikan efek pada kesehatan seperti sakit kepala, mengantuk, sulit konsentrasi, sesak napas, nyeri leher atau punggung, sakit tenggorokan, aritmia jantung, dan sedikit mual.
- 000 ppm: menunjukkan kondisi udara yang tidak biasa dimana karena tingginya tingkat gas dll. Toksisitas atau kekurangan oksigen dapat terjadi. Angka ini adalah batas paparan CO2 yang diperbolehkan untuk ruangan kerja sehari-hari.
- 000 ppm: Tingkat kualitas udara yang berbahaya karena bisa mengakibatkan seseorang kekurangan oksigen.
Tingginya tingkat karbondioksida menjadikan udara di dalam ruangan menjadi pengap. Kondisi inilah yang jarang disadari para pekerja dan menganggap biasa keluhan yang sering mereka alami. Padahal bila sudah merasakan gejala di atas, seorang pekerja berarti sudah terserang SBS yang sebenarnya bisa sangat berbahaya bila terus dibiarkan.
Sick Building Syndrome, Efek Buruknya Kualitas Udara di Ruangan Kerja
Berada di ruangan yang seluruh dindingnya terbuat dari kaca atau beton, dengan suhu udara berkisar 20-24 derajat Celcius, dilengkapi dengan pewangi ruangan pastinya terasa sejuk dan nyaman. Namun, tanpa disadari bisa menimbulkan gangguan kesehatan.
Sick Building Syndrome (SBS) kerap dirasakan orang yang bekerja di gedung yang hanya ‘mengandalkan’ AC, tidak terkena sinar matahari, dan tidak memiliki ventilasi yang cukup. Serangan ini tidak hanya melanda pekerja kantoran, tetapi pekerja di rumah sakit, pusat perbelanjaan, dan pekerja yang sehari-harinya bekerja di dalam ruangan.
Source: healthtap.com
Istilah SBS ini umumnya digunakan untuk menjelaskan gangguan penyakit yang berhubungan dengan kondisi gedung atau ruangan. Ruangan dengan kebersihan dan sirkulasi udara yang buruk serta suhu ruangan terlalu dingin dan maintenance pendingin ruangan yang kurang teratur menjadi penyebab SBS. Belum lagi debu di karpet, bahan kimia dari pembersih lantai dan kaca, serta lampu penerangan yang kotor bisa memicu tumbuhnya kuman yang mengancam kesehatan.
Gejala-gejala SBS:
Meski bukan merupakan gejala penyakit berat, namun SBS cukup mengganggu produktivitas pekerja. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia di Jakarta dan Surabaya, SBS terjadi pada 50 persen pekerja kantoran. Saat terserang SBS tingkat produktivitas mereka akan menurun sebanyak 30 persen.
Sebuah penelitian dari Bureau of Labor Statistic (BLS) melaporkan terdapat 182 orang di Philadelpia, Amerika Serikat mengalami pegal-pegal, flu, kepala pusing, kejang otot, perut kembung, cepat lelah, dan 29 orang di antaranya kemudian meninggal dunia. Ternyata penyebabnya adalah bakteri Legionella pneumophila. Bakteri itu tumbuh di tempat dengan tingkat kelembaban tinggi, ruangan kotor, dan AC yang tidak terawat.
ANSI/ASHRAE 62.1-2019, Standar untuk Kualitas Udara di Dalam Ruangan (Indoor Air Quality)
Pembahasan Indoor Air Quality (IAQ) mengacu pada kualitas udara di lingkungan kerja nonindustri, seperti kantor. Sejak krisis energi pada pertengahan tahun 1970-an, IAQ atau kualitas udara dalam ruangan menjadi isu penting bagi pemilik bangunan, manajer, dan penghuninya. Meningkatnya keluhan mengenai kualitas udara dalam ruangan dapat dikaitkan dengan kurangnya ventilasi udara dan tingginya polutan yang terdapat di dalam ruangan.
Untuk mengatasi hal ini, OSHA merekomendasikan bahwa setiap perkantoran harus menyediakan ruangan merokok terpisah agar ruangan kerja tidak terkontaminasi asap rokok yang bisa menjadi penyebab munculnya SBS.
ANSI juga mengatur semua hal yang berkaitan dengan indoor air quality dalam sebuah standar ANSI/ASHRAE 62.1-2019. Standar ini membahas tentang tingkat ventilasi minimum dalam suatu ruangan dan peraturan lain yang dimaksudkan untuk memberikan kualitas udara yang baik bagi penghuninya.
Standar ANSI/ASHRAE 62.1-2019 menjadikan 1000 ppm sebagai indikator ventilasi udara yang cukup bagi ruangan kerja. Jumlah karbon dioksida sebanyak 800 ppm atau 1.000 di dalam ruangan masih terbilang aman dan tidak berbahaya. Dan pihak manajemen perusahaan harus memantau konsentrasi CO2 ini setiap tiga bulan sekali menggunakan alat khusus.
Bagaimana Cara Mengatasi Sick Building Syndrome?
Source: pureairexperts.com
Environmental Protection Agency merekomendasikan beberapa cara yang bisa Anda dilakukan untuk mencegah munculnya SBS, di antaranya:
- Gunakan ventilasi dan jendela dengan filter atau kawat kasa sebagai penyaring debu.
- Pastikan ventilasi pasokan udara tidak terhalang oleh furnitur atau peralatan kerja lainnya.
- Jaga lantai ruangan tetap bersih dengan rutin menyapu atau menggunakan vacuum cleaner. Begitu juga semua furnitur yang ada di ruangan kerja.
- Jaga kelembaban ruangan untuk mencegah berkembangnya bakteri. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan kipas angin atau AC. Perihal penggunaan AC, sebaiknya bersihkan AC secara teratur dan selingi penggunaannya dengan membuka jendela di pagi hari.
- Hindari merokok di dalam ruangan atau berdekatan dengan ruangan kerja. Residu asap rokok yang masuk ke dalam ruangan akan tertinggal di lantai, karpet, atau sofa dan juga meninggalkan aroma tidak sedap.
- Kosongkan isi tempat sampah di dalam ruangan secara teratur.
- Cek juga saluran pembuangan air dan WC. Bila terjadi kebocoran, perbaiki sesegera mungkin.
Intinya, pihak manajemen perusahaan harus bertanggung jawab dan cepat tanggap bila ada seorang karyawan yang mengalami gejala SBS yang disebabkan buruknya kualitas udara di ruangan. Segera lakukan investigasi terhadap sistem ventilasi di ruangan kerja. Anda juga bisa meminta bantuan seorang yang profesional untuk melakukan pengecekan kualitas udara di dalam ruangan.
Salam safety!