Korsleting masih menjadi penyebab utama insiden kebakaran sejak tahun 2018 sampai Agustus 2022 di wilayah DKI Jakarta. Masyarakat dihimbau untuk memperhatikan keamanan listrik di rumah masing-masing.
Sumber: firecauses.com
Banyak aktivitas yang kita lakukan sehari-hari membutuhkan sumber energi listrik. Tidak dapat dipungkiri, lingkungan rumah sebagai masyarakat terkecil juga membutuhkan pasokan energi listrik untuk melaksanakan kegiatan-kegiatannya.
Namun penggunaan dan pemanfaatan energi listrik tidak selalu dapat berjalan dengan lancar sesuai yang kita butuhkan. Kadang kala di rumah kita mengalami berbagai hambatan, gangguan, dan masalah kelistrikan. Salah satu gangguan listrik yang kerap kali kita alami di rumah adalah korsleting listrik.
Mengutip laman kompas.com, Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Keselamatan (Gulkarmat) DKI Jakarta menyebutkan korsleting listrik masih menjadi penyebab utama insiden kebakaran sejak 2018 sampai Agustus 2022. Ada 8004 peristiwa kebakaran yang terjadi di Ibu Kota selama lima tahun terakhir dan 4.829 kejadian atau 60 persen penyebabnya adalah korsleting. Penyebab kebakaran yang lebih sering terjadi adalah terbakarnya outlet atau colokan listrik yang dikenal dengan sebutan steker listrik.
Mungkin kita pernah mengalami ketika memasang steker ke dalam stop kontak terasa longgar, tergoyang, dan bila tergeser sedikit mati. Kemudian steker tersebut harus digoyang sedikit agar hidup kembali. Situasi seperti itulah yang akan memicu timbulnya percikan api kecil, tergantung pada beban listrik yang dialirkan steker. Semakin besar beban listrik (watt), maka akan semakin besar pula percikan api yang dikeluarkannya.
Percikan api kecil yang terus-menerus, lama-lama akan menghanguskan bagian dari steker atau stop kontak yang biasanya terbuat dari plastik atau karet. Pada bagian yang hangus ini yang semakin mudah terbakar. Tidak hanya steker dan stop kontak yang kemudian rawan terbakar, kabel di dalam stop kontak pun bias menjadi sangat panas dan bisa pula terbakar.
Berbeda dengan kejadian korsleting listrik yang langsung menimbulkan percikan api atau ledakan, kejadian terbakar akibat panas berlebih dan longgar berlangsung secara lambat dan jarang disadari pemilik rumah sampai semuanya sudah terlambat. Kejadian kebakaran sebagai akibat panas berlebih ini umumnya lebih sering terjadi daripada korsleting listrik.
Baca juga artikel ini:
- 5 Potensi Bahaya yang Perlu Diwaspadai di Dalam Rumah dan Cara Mencegahnya
- Pertolongan Pertama Pada Korban Tersengat Listrik (Electrical Shock)
10 Tips Keamanan Listrik di Rumah
Peralatan listrik bisa sangat bermanfaat jika digunakan dengan benar dan aman. Sebaliknya, penggunaan peralatan listrik secara ceroboh bisa mendatangkan risiko kebakaran. Penghuni rumah terkadang lalai akan bahaya listrik seperti korsleting listrik dan panas berlebih yang kerap menimbulkan kebakaran dan kecelakaan dalam rumah akibat penggunaan peralatan listrik yang keliru.
Untuk itu, ada baiknya kita memperhatikan keamanan menggunakan listrik di rumah, seperti apa saja yang berpotensi menimbulkan korsleting, panas berlebih atau kebakaran dan bagaimana upaya pencegahannya. Jika bukan kita, siapa lagi yang akan menjamin keamanan rumah dari bahaya listrik?
Inilah tips keamanan menggunakan listrik di rumah yang bisa kita terapkan guna mencegah risiko kebakaran akibat listrik:
1. Perhatikan peralatan listrik yang mengonsumsi daya besar (watt besar) dan terpasang terus-menerus
Perhatikan peralatan listrik seperti AC, lemari es, kompor listrik, pemanas air, atau lampu penerangan dengan watt besar. Untuk alat-alat tersebut gunakanlah kabel, stop kontak, steker, atau sakelar yang bermutu dan berkualitas bagus sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) . Adapun pemakaian watt besar adalah peralatan listrik yang mengonsumsi beban atau daya listrik lebih dari 250 watt.
2. Jangan menumpuk steker terlalu banyak pada satu stop kontak menggunakan alat pencabang
Hal ini membuat stop kontak kelebihan beban serta membuat steker dan stop kontak mengalami panas berlebih, sehingga dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya kebakaran akibat listrik.
Pada saat kita menambahkan terminal T atau alat pencabang pada stop kontak, kita tidak bisa menjamin penambahan alat-alat tersebut pada titik kontak secara berulang yang dilakukan selalu tepat (terpasang pas dan tidak longgar). Pasalnya, bila tidak pas menyambungnya bisa menimbulkan percikan listrik.
Maka dari itu, hindari menggunakan terminal T, kabel ekstensi (extension cable), atau multi-outlet converter untuk peralatan listrik. Namun jika terpaksa menyambungkan alat pencabang pada stop kontak, kita perlu memastikan letaknya sudah tepat, tidak longgar, atau goyang.
Selain itu yang tak kalah penting, selalu perhatikan beban listrik yang digunakan. Jangan menggunakan alat pencabang pada peralatan listrik yang mengonsumsi daya listrik besar pada satu titik, seperti AC, lemari es, rice cooker, dll.
Hindari menumpuk lebih dari tiga steker peralatan listrik yang mengonsumsi daya besar tersebut pada satu stop kontak melalui alat pencabang. Gunakanlah steker dan stop kontak yang berlisensi yang sudah memiliki SNI yang disahkan oleh badan sertifikasi nasional.
3. Ganti kabel listrik yang rusak atau terkelupas
Mungkin Anda pernah menjumpai steker atau peralatan listrik lain yang sambungan kabelnya sudah terkelupas hingga bagian inti kabel tersebut sudah terlihat. Kabel listrik yang rusak adalah risiko keamanan listrik di rumah yang serius karena dapat mengakibatkan kebakaran atau risiko tersengat listrik.
Sumber: gillett.com.au
Semua kabel listrik dan kabel ekstensi harus diperiksa secara teratur untuk mengetahui adanya tanda-tanda kerusakan, getas, keras, rapuh, atau kabel yang terkelupas. Jika Anda menemukan tanda-tanda tersebut pada kabel listrik, sebaiknya jangan gunakan kembali steker atau peralatan listrik tersebut dan segera ganti kabel steker atau peralatan listrik dengan yang baru.
4. Jaga agar kabel yang digunakan atau yang tidak digunakan tetap rapi dan aman untuk mencegah kerusakan
Aturan keselamatan listrik tidak hanya berlaku untuk kabel yang sedang digunakan ̶ ̶ kabel yang tidak digunakan juga harus disimpan dengan aman untuk mencegah kerusakan. Jauhkan kabel dari jangkauan anak-anak. Hindari mengggulung atau mengikat kabel dengan kencang, hal ini dapat mengakibatkan panas berlebih. Jangan sekali-kali meletakkan kabel di dekat benda-benda panas, seperti kompor atau jenis pemanas lainnya untuk mencegah kerusakan pada isolasi dan kabel dan kawat.
Sumber: businesswire.com
Sedangkan untuk kabel listrik yang sedang digunakan, pastikan terpasang rapi dan aman. Kabel listrik tidak harus dijepit atau diletakkan di bawah karpet dan furnitur. Pasalnya, menyembunyikan atau membentangkan kabel di bawah karpet atau furnitur ini merupakan langkah yang berbahaya. Kabel akan mengalami panas berlebih atau rusak dan bisa meningkatkan risiko kebakaran. Juga jangan pernah membiarkan kabel berserakan atau melintang di lantai atau melalui pintu. Ini juga menimbulkan bahaya tersandung.
5. Jangan menggunakan kabel listrik yang ketebalan/diameternya tidak sesuai dengan daya atau arus listrik
Pemakaian kabel listrik yang tidak sesuai dengan peruntukannya bisa menimbulkan panas berlebih yang dapat memicu kebakaran. Misalnya, kabel yang memiliki KHA (Kemampuan Hantar Arus) yang kecil digunakan untuk mengoperasikan peralatan listrik yang membutuhkan daya listrik besar. Tanda yang menunjukkan ada potensi/telah terjadi panas berlebih pada kabel listrik adalah:
- Isolasi kabel terasa hangat ketika disentuh
- Isolasi kabel meleleh
- Sambungan kabel longgar dan timbul percikan api
Sumber: copperindia.org
Untuk menghindari panas berlebih pada kabel listrik, kita harus mengetahui ukuran kabel listrik yang diperlukan. Dalam menentukan jenis kabel listrik yang tepat, kita perlu memperhatikan ukuran dari diameter kabel, kapasitas, dan kegunaan dari kabel yang kita butuhkan.
Ukuran kabel listrik menentukan seberapa besar kapasitas amperenya. Jika ukuran kabel yang dipasang tidak sesuai dengan jumlah ampere yang diperlukan, maka dapat mengakibatkan panas berlebih tadi atau korsleting listrik yang dapat memicu timbulnya kebakaran.
6. Cabut semua peralatan listrik yang tidak digunakan untuk mengurangi potensi bahaya
Salah satu tips keamanan listrik yang paling sederhana namun sering diabaikan adalah mencabut steker pada saat peralatan listrik tidak sedang digunakan. Hal ini tidak hanya menghemat daya, namun melindungi peralatan dari panas berlebih atau lonjakan daya.
Sumber: wajibbaca.com
Jangan biarkan steker peralatan elektronik tetap terpasang pada stop kontak ketika sedang tidak digunakan. Baik itu lupa mencabut charger HP setelah baterai terisi penuh atau hanya mematikan televisi menggunakan remote control tanpa mencabut kabelnya. Kebiasaan ini tak hanya berisiko menimbulkan bahaya, tetapi bisa membuang percuma energi listrik.
Dilansir laman detik.com, PLN Distribusi Jawa Barat menyampaikan, charger HP yang tidak dicabut dari colokan mengonsumsi 1 watt setiap jamnya. Jika seluruh Jabodetabek lupa mencabut charger HP, energi yang terbuang berjumlah 96.000 kWh, dan itu cukup untuk menerangi 755 rumah.
Sama halnya seperti charger HP, kebiasaan tidak mencabut kabel televisi juga merupakan pemborosan, televisi yang dimatikan dengan remote control agar tetap dalam posisi standby mode. Hal ini sebenarnya aliran listriknya masih ada.
7. Jauhkan sumber listrik dan peralatan elektronik dari air
Banyak kecelakaan listrik di rumah terjadi akibat seseorang menggunakan listrik dekat air. Jauhkan peralatan elektronik dari air ataupun permukaan yang lembab. Daya listrik tetap mengalir meski alat dimatikan, jadi pastikan semua peralatan listrik/elektronik diletakkan jauh dari air setiap saat untuk mencegah timbulnya korsleting.
8. Beri sedikit ruang di sekitar peralatan listrik
Tanpa sirkulasi udara yang baik, peralatan listrik bisa berisiko mengalami panas berlebih atau korsleting listrik, yang dapat memicu timbulnya kebakaran. Pastikan peralatan listrik di rumah Anda memiliki sirkulasi udara yang cukup dan hindari meletakkan atau mengoperasikan peralatan listrik di tempat tertutup. Untuk keamanan listrik terbaik, juga penting untuk menyimpan benda-benda mudah terbakar jauh dari semua peralatan listrik.
9. Jangan menarik bagian kabel saat mencabut steker
Cara mencabut steker yang benar (kiri) dan salah (kanan)
Sumber: touchstoneenergy.com
Jangan lakukan kebiasaan yang salah saat mencabut steker dari stop kontak. Kebiasaan salah yang sering dilakukan adalah menarik kabelnya bukan stekernya. Kebiasaan menarik kabel ini sangat berbahaya karena dapat merusak sambungan-sambungan kabel di dalam steker. Bahkan bisa meningkatkan risiko terjadinya korsleting dan bahaya listrik lainnya.
10. Tutup akses anak ke sumber listrik dan peralatan listrik
Menurut National Fire Protection Association, sekitar 2.400 anak-anak menderita trauma berat dan luka bakar akibat tersengat listrik karena mereka memasukkan tangan ke lubang colokan sumber listrik. Bahkan yang lebih mengkhawatirkan lagi, sekitar 12 anak-anak meninggal dunia akibat listrik setiap tahunnya.
Data penelitian di atas semakin mengingatkan kita pada bahaya listrik untuk anak dan pentingnya menciptakan rumah yang aman agar anak menjadi lebih bebas saat bermain. Ada beberapa tips agar anak aman dari bahaya listrik, di antaranya:
- Gunakan penutup (cover) stop kontak
Jika letak stop kontak atau peralatan listrik lainnya cukup rendah untuk digapai anak, atur perabotan sedemikian rupa agar menutupi stop kontak dan berbagai colokannya dari pandangan anak. Tutup stop kontak yang tidak terpakai dengan pengaman plastik.
- Tutup akses terminal listrik
Umumnya para orangtua menempatkan terminal listrik di lantai atau di atas meja yang mudah dijangkau anak-anak. Anda sadari atau tidak, penempatan terminal yang sembarangan bisa mengundang marabahaya bagi anak jika ia memainkan kabel atau lubang terminal. Untuk itu, Anda harus segera mencegahnya dengan menggunakan alat khusus untuk menutup akses ke terminal listrik agar tidak mudah dimainkan anak.
- Gunakan pelindung kabel listrik
Perpanjangan kabel listrik yang tidak rapi akan menimbulkan risiko tersangkut, terjatuh, tersengat listrik, bahkan anak bisa sembarangan menarik kabel. Gunakan duct cord cover (pipa pelindung kabel) atau lakban untuk menutup/melindungi perpanjangan kabel agar tidak mudah diakses oleh anak.
- Hati-hati saat menggunakan kabel gulung
Kabel gulung banyak digunakan karena alasan simpel dan memiliki banyak lubang colokan. Padahal kabel gulung ini juga bisa jadi sumber bahaya jika pemakaiannya berlebih dan digunakan dalam jangka waktu lama.
- Tempatkan kabel gulung di area yang sulit diakses anak-anak. Misalnya belakang furnitur.
- Jangan menutup bagian kabel gulung dengan surat kabar, pakaian, karpet, atau lainnya saat kabel digunakan.
- Jika memungkinkan, belilah kabel gulung yang colokannya memiliki outlet cover atau tutup colokan dengan selotip.
- Periksa kabel gulung secara berkala, jika kabel terasa panas, mengeluarkan bunyi, sebaiknya segera ganti kabel gulung dengan yang baru.
- Jangan ada kabel dari peralatan elektronik yang menggantung
Anak-anak bisa saja menarik kabel tersebut sehingga barang elektronik akan terjatuh dan menimpa tubuh si kecil. Amankan setiap kabel listrik yang berada di sekeliling tempat si kecil bermain.
- Ajarkan anak untuk tidak menyentuh sumber listrik, kabel, dan alat elektronik.
Kebakaran merupakan satu hal yang dapat terjadi di manapun dan kapan pun. Bahaya kebakaran dapat mengakibatkan kerugian harta benda dan jiwa. Untuk itu, mengetahui cara mencegah bahaya kebakaran akibat listrik sangat diperlukan agar kita semua dapat terhindar dari bahaya yang akan mengancam. Dengan mengetahui tips keamanan listrik di rumah kita dapat lebih mawas diri dalam mengantisipasi segala kemungkinan bahaya yang terjadi.
Semoga bermanfaat. Salam safety!