Bagaimana rasanya bekerja di area yang kotor, penuh debu, dan berantakan? Tentu saja hal ini bisa membuat karyawan menjadi tidak nyaman dan aman saat bekerja. Akhirnya pun akan berimbas pada produktivitas dan keselamatan kerja karyawan. Penataan area kerja yang buruk secara tidak langsung bisa menghambat pergerakan kerja karyawan dan kemungkinan besar menyebabkan kecelakaan kerja, seperti terjatuh, terpeleset, atau lainnya.

Oleh karena itu, penetapan standar good housekeeping’ atau penataan area kerja yang baik wajib ada di setiap perusahaan. Housekeeping atau tata graha merupakan bagian penting dari program keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang diterapkan di sebuah perusahaan.

Good Housekeeping Bisa Tingkatkan Produktivitas dan Keselamatan Kerja, Benarkah?

Sumber: triadservices.biz

Standar OSHA 1910.22(a)(1) menyatakan, “semua tempat kerja yang ditujukan bagi karyawan, harus benar-benar aman dan dapat menjamin keselamatan kerja para karyawan.” Standar OSHA ini tentunya mencakup pengaturan untuk berbagai area kerja yang biasa dilewati ataupun sering dilakukan aktivitas kerja, di mana area kerja tersebut mengandung berbagai potensi bahaya yang bisa menyebabkan kecelakaan kerja dan kerugian lain.

Imbas Positif  Penerapan ‘Good Housekeeping’ Bisa Tingkatkan Produktivitas dan Keselamatan Kerja

Good Housekeeping Bisa Tingkatkan Produktivitas dan Keselamatan Kerja, Benarkah?

Sumber: intracen.org

Perlu Anda ketahui, sampai saat ini ada saja pimpinan yang kurang memperhatikan penataan kerja yang baik dan kurang memahami efek yang ditimbulkan dari penataan kerja yang buruk. Dapat Anda bayangkan, bila tempat kerja tidak berfokus pada penataan kerja yang baik dan juga tidak peduli dengan segala tindakan yang berhubungan dengan proses produksi, maka continuous improvement yang berkualitas dari perusahaan itu tidak bisa diharapkan lagi. Akhirnya akan berimbas pada rendahnya keselamatan kerja, produktivitas, dan kualitas dari perusahaan tersebut.

Tanda-tanda perusahaan dengan housekeeping yang buruk:

  • Pengaturan area kerja yang buruk dan berantakan
  • Penyimpanan barang atau bahan berbahaya secara sembarangan dan tidak tertata
  • Lantai kotor dan berdebu
  • Tidak ada ruang khusus untuk penyimpanan barang hasil produksi yang berlebih dan barang tidak diperlukan lagi
  • Banyaknya hambatan di area menuju jalan keluar atau jalan yang sering dilalui karyawan
  • Peralatan kerja yang sudah dipakai tidak dikembalikan ke tempat semula
  • Sampah pada kontainer dibiarkan menumpuk berlebihan
  • Tumpahan dan kebocoran

Intinya, penataan kerja yang baik akan berdampak baik pula bagi karyawan maupun perusahaan, termasuk dalam hal produktivitas dan keselamatan kerja. Berikut beberapa keuntungan menerapkan standar good housekeeping’ di perusahaan:

  • Mengurangi bahkan menghilangkan potensi bahaya atau apa saja yang menjadi penyebab umum terjadinya kecelakaan, seperti terpeleset, tersandung, dan terjatuh serta kebakaran dan ledakan.
  • Mengurangi kemungkinan kontaminasi bahan berbahaya di area kerja penyebab timbulnya masalah kesehatan, seperti menghirup debu atau uap.
  • Meningkatkan produktivitas kerja. Dengan penataan material dan peralatan kerja yang baik, karyawan pun bisa bekerja lebih efektif dan efisien.
  • Membuat area kerja jadi rapi, nyaman, dan menyenangkan. Barang-barang yang tertata baik dan bersih tidak lagi menghambat pergerakan para karyawan dan kecelakaan kerja pun dapat diminimalkan.

5 Langkah Meningkatkan Penataan Area Kerja agar Lebih Baik

Poster K3 – Housekeeping

Sumber: safetyposter.com

  1. Menetapkan standar housekeeping. Standar yang ditetapkan harus membuat pekerjaan jadi lebih mudah, lebih aman, dan berdampak baik pada kesehatan karyawan. Pimpinan bisa melibatkan karyawan dalam pembuatan standar housekeeping.
  2. Tentukan target dan ukur seberapa baik perusahaan mematuhi standar housekeeping.
  3. Buatlah daftar/ checklist untuk membantu Anda dalam mengukur tingkat keberhasilan housekeeping yang diterapkan. Download housekeeping checklist
  4. Memberi umpan balik yang positif. Biarkan karyawan mengetahui seberapa baik mereka menerapkan housekeeping dan tentukan bagaimana cara memperbaikinya.
  5. Jadikan housekeeping sebagai kebudayaan perusahaan. Jangan sampai perusahaan baru menerapkan housekeeping hanya ketika audit, sertifikasi, atau inspeksi dilakukan.

Dalam menerapkan good housekeeping’, sebenarnya Anda bisa menerapkan metode 5S di perusahaan. Dalam lean six sigma, 5S merupakan suatu metode penataan dan pemeliharaan wilayah kerja secara intensif yang digunakan oleh manajemen dalam usaha memelihara ketertiban, efisiensi, dan disiplin di area kerja sekaligus meningkatkan kinerja perusahaan secara menyeluruh.

Di Indonesia, metode ini dikenal dengan nama 5R, di antaranya:

  1. Seiri (ringkas): memilah dan menyingkirkan barang-barang yang tidak diperlukan, sehingga barang yang ada di area kerja hanya barang yang dibutuhkan saja.
  2. Seiton (rapi): baik barang maupun peralatan kerja harus diletakkan sesuai posisi yang ditetapkan.
  3. Seiso (resik): kegiatan membersihkan peralatan dan area kerja sehingga kondisi peralatan terjaga baik dan area kerja yang bersih juga berdampak baik untuk kesehatan karyawan.
  4. Seiketsu (rawat): standarisasi dan dokumentasi proses yang akan memastikan berjalannya seiri, seiton, dan seiketsu.
  5. Shitsuke (rajin): pemeliharaan kedisiplinan dan konsistensi dalam menjalankan seluruh tahap 5S.

5S merupakan metode sederhana namun sangat kuat untuk menurunkan tingkat gangguan atau potensi bahaya di area kerja. Penerapan 5S secara positif memengaruhi produktivitas, kualitas, dan keselamatan kerja. Siap menerapkan penataan area kerja jadi lebih baik di perusahaan Anda?

Dapatkan housekeeping  checklist secara gratis di sini 

Semoga Bermanfaat. Salam safety!  

×