Bagus adalah tipe karyawan yang cukup banyak ditemui di era serba cepat ini: rajin dan produktif tapi tidak memedulikan kesehatan. Contohnya, dia sangat jarang minum. Sekalinya minum, yang disesapnya adalah air kopi: secangkir kala pagi dan secangkir lagi di sore hari. Selebihnya, dia hanya akan minum sehabis melahap makan siang saja. Itu pun cuma beberapa teguk, tidak sampai satu gelas. Selain itu, Bagus juga tidak begitu menyukai makanan berkuah dan sangat jarang mengonsumsi buah dan sayuran.

Adiyat, salah seorang rekan kerjanya, beberapa kali sempat menyinggung kebiasaan tidak sehat Bagus. Menurutnya, kebiasaan Bagus yang kurang minum itu bisa saja membuatnya dehidrasi. Padahal, dehidrasi itu bisa sangat mengganggu karena dapat menurunkan fokus atau konsentrasi ketika bekerja.

“Untuk kasus yang parah, dehidrasi itu bahkan bisa menyebabkan kematian, lho,” ujar Adiyat.

“Ah, jangan terlalu membesar-besarkan.”

“lho, aku tidak membesar-besarkan. Ini serius. Kalau tidak percaya, coba deh kamu cari tahu sendiri.”

“Aku pernah dengar sih bahaya dehidrasi. Cuman seingat aku, separah-parahnya pun tidak akan sampai mengancam nyawa.”

Lagi pula, menurut Bagus, dirinya bekerja sebagai karyawan kantoran. Dia tidak bekerja di luar ruangan dan tidak terpapar panas yang bisa merangsang keringat keluar secara berlebihan sehingga menimbulkan efek dehidrasi.

“Kita ini bekerja di dalam ruangan, lho. Ber-AC pula,” imbuh Bagus.

“Nah, justru di situlah masalahnya,” timpal Adiyat sambil menggebrak meja.

Orang-orang yang ada di ruang kerja terlihat kaget dan langsung mengarahkan mata pada keduanya. Bagus, si pemilik meja yang digebrak pun tidak kalah kagetnya. Bahkan dia sampai hampir berjingkat.

“Eh, maaf… maaf…,” ujarnya sambil melempar senyum polos pada semua orang.

Menurut Adiyat, walaupun tidak berkeringat, tapi karyawan yang bekerja di ruangan berpendingin sama-sama berpotensi terkena dehidrasi. Karena dalam kondisi apa pun, setiap hari tubuh akan tetap kehilangan cairannya.

Malahan, masalah dehidrasi untuk karyawan yang bekerja di ruangan ber-AC ini lebih kompleks dibanding pekerja lapangan. Pasalnya, tidak seperti di tempat terbuka atau panas yang membuat seseorang gampang haus, berada di ruangan yang dingin justru menyebabkan rasa haus jarang datang. Padahal, haus adalah sinyal paling umum untuk mengetahui kalau tubuh mengalami dehidrasi dan perlu segera dikasih minum.

“Coba sana cek warna urine kamu. Aku yakin sudah cukup gelap dan pekat. Kalau benar, itu tandanya sekarang kamu sudah dehidrasi,” pungkas Adiyat.

Perkataan Adiyat selalu terngiang di kepala Bagus. Sehari dua hari, dia pun membuat kebiasaan baru dengan menyimpan segelas air putih di meja kerja kemudian menegaknya disela-sela kesibukan. Namun, hal itu tidak bertahan lama.

“Gus, kamu dipanggil si bos. Disuruh menghadap ke ruangannya,” ujar salah seorang rekan Bagus secara tiba-tiba.

“Ada apa, ya?” jawab Bagus. Rekan kerjanya hanya menggelengkan kepala.

“Duduk dulu, Gus!” ucap si bos dengan nada yang tidak biasa. Bagus langsung merasakan gelagat kurang menyenangkan dari bosnya. Dengan harap-harap cemas, Bagus duduk di hadapan pria yang kini bermuka seperti rumah kosong: angker.

“Kamu sebenarnya kenapa?” ujar si bos sambil mengeklik sesuatu di layar laptop yang sedang dioperasikannya. Bagus kalut ditodong pertanyaan macam itu. Terlebih, pertanyaan itu dilontarkan si bos tanpa melihat ke arah mukanya sama sekali.

“Mmm… memangnya ada apa, Pak?” jawab Bagus dengan suara terbata-bata.

Si bos menunjukkan sebuah file. Dia memutar posisi komputer jinjing berukuran 14 inci itu hingga layarnya berbalik menghadap Bagus. Perasaan Bagus semakin campur aduk. Jantungnya berdetak kian kencang. Muka terasa panas. Bahkan, tangannya kini mulai gemetar.

File yang ditunjuk si bos adalah file pekerjaan yang dia kirim seminggu lalu. Awalnya, Bagus bingung kenapa si bos memperlihatkan file berisi laporan tersebut. Namun, setelah dilihat dengan seksama, Bagus menyadari bahwa dirinya telah melakukan kekeliruan. Tidak terlalu besar memang, tapi si bos yang terkenal perfeksionis ternyata tidak bisa menoleransi kesalahan tersebut.

Sialnya, kesalahan Bagus ternyata bukan itu saja. Si bos kembali memperlihatkan file lain yang berisi kesalahan Bagus yang lebih fatal dari sebelumnya. Di sana, Bagus ternyata membuat kesalahan karena keliru dalam mencantumkan nama barang yang dipesan pada seorang vendor.

“Kamu tahu sebesar apa kerugian yang kita tanggung akibat kesalahan ini?”

Bagus lemas. Dirinya tidak mampu menjawab pun membela diri. Fokus seolah hilang.

Bukan hanya gara-gara masalah ini saja, tapi belakangan Bagus memang selalu tidak fokus. Dirinya merasa mudah lelah dan sulit berpikir atau berkonsentrasi. Dari segi fisik pun terasa ada yang janggal. Kulit, mulut, dan tenggorokannya akhir-akhir ini terasa selalu kering. Bahkan, urinenya juga berwarna lebih pekat dari biasanya, persis seperti yang pernah dikatakan Adiyat.

“Jangan-jangan, ini semua memang gara-gara dehidrasi…”

×