Job Safety Analysis (JSA) harus dibuat dengan cermat dan terperinci agar bahaya dapat diidentifikasi dengan baik dan upaya pengendalian dapat dilakukan dengan tepat.
Kecelakaan kerja dapat kita hindari dengan mengetahui dan mengenal berbagai potensi bahaya yang ada di lingkungan kerja. Berbagai potensi bahaya tersebut, kita eliminasi untuk menghilangkan risiko kecelakaan yang akan terjadi.
Analisa potensi bahaya yang paling popular dan paling sering digunakan di lingkungan kerja yang dapat digunakan untuk upaya pencegahan kecelakaan kerja adalah dengan menggunakan metode Job Safety Analysis (JSA).
Job safety analysis (JSA), biasa disebut juga dengan job hazard analysis (JHA) atau job task analysis (JTA) adalah suatu cara mengidentifikasi dan mengendalikan bahaya yang berhubungan dengan rangkaian pekerjaan atau tugas yang hendak dilakukan di area kerja.
Bila bahaya telah dikenali maka dapat dilakukan tindakan pengendalian yang berupa perubahan fisik atau perbaikan prosedur kerja yang dapat mengurangi bahaya kerja. Dalam analisa potensi bahaya pekerjaan dengan JSA ada empat langkah dasar, yaitu:
- Menentukan pekerjaan yang akan dianalisis.
- Menguraikan pekerjaan menjadi langkah-langkah dasar.
- Mengidentifikasi bahaya pada masing-masing pekerjaan.
- Mengendalikan bahaya dalam upaya pencegahan kecelakaan kerja.
Tahapan JSA dimulai dari pemilihan aktivitas pekerjaan, selanjutnya dilakukan breakdown dari setiap tahapan pekerjaan terpilih. Identifikasi dan pengendalian bahaya merupakan langkah terakhir implementasi JSA.
Baca juga artikel ini:
- Bagaimana Melaksanakan Job Safety Analysis (JSA) yang Efektif? Ikuti 5 Langkah Penting Ini
- Memahami Pentingnya Job Safety Analysis (JSA) dan Langkah Pembuatannya
Mengapa JSA Diperlukan?
Poin utama dari JSA adalah mencegah kecelakaan dengan antisipasi dan eliminasi serta mengontrol bahaya yang ada.
Sebagian pekerja mungkin masih menganggap JSA hanya sebagai lembaran kertas biasa yang berisi daftar pekerjaan, bahaya, dan cara pengendaliannya. Padahal dibalik itu, JSA adalah sebuah alat penting yang membantu pekerja dalam melakukan pekerjaan secara aman dan efisien.
Tujuan penerapan JSA untuk jangka panjang adalah keterlibatan semua bagian dalam perusahaan dalam menciptakan kondisi lingkungan kerja aman dan meminimalkan tindakan tidak aman (unsafe action) dan kondisi tidak aman (unsafe condition).
Berikut manfaat penerapan JSA di tempat kerja, antara lain:
- Dapat menemukan, mengidentifikasi, dan menganalisis bahaya yang ada pada setiap langkah pekerjaan, sekaligus menentukan tindakan pengendalian yang tepat.
- Dapat menentukan Alat Pelindung Diri (APD) atau alat pengaman yang tepat sesuai jenis pekerjaan.
- Dapat memudahkan dalam merumuskan prosedur kerja aman atau standar pelaksanaan pekerjaan yang selaras dengan tuntutan operasi yang efisien dan aman.
- Hasil JSA dapat digunakan sebagai daftar periksa pada saat mengevaluasi kinerja K3.
- Membantu penyelidikan kecelakaan, karena dari hasil JSA perusahaan dapat mengetahui penyebab kecelakaan dan menerapkan perbaikan yang diperlukan.
- Menurunkan kecelakaan kerja dan Penyakit Akibat Kerja (PAK).
Dengan melaksanakan JSA, sebetulnya Anda sebagai supervisor sudah memastikan bahwa Anda telah merencanakan dan membuat prosedur kerja dengan benar dan pekerja dapat melakukan pekerjaannya dengan aman.
Maka dari itu, JSA dapat dikatakan sebagai metode yang sangat penting dalam manajemen risiko karena dapat membantu pekerja melakukan pekerjaannya secara aman dan efisien, juga melindungi peralatan kerja dari kerusakan.
Tahapan Mengisi Formulir JSA yang Benar
Begitu banyak format JSA yang dikembangkan oleh masing-masing perusahaan, namun pada dasarnya format JSA hanya terdiri dari 3 (tiga) kolom, yaitu kolom tahapan atau langkah pekerjaan, kolom potensi bahaya, dan kolom upaya pengendalian bahaya.
Berikut tahap-tahap mengisi formulir JSA yang benar dan beberapa kesalahan umum yang sering terjadi saat mengisi formulir yang harus Anda hindari:
1. Isi profil pekerjaan. Biasanya mencakup nama pekerja, nama pekerjaan, dan rentang waktu pekerjaan tersebut dikerjakan. JSA juga bisa mencantumkan nomor di atasnya untuk mempermudah dalam melacak jika suatu saat diperlukan.
2. Isi tahap-tahap pekerjaan secara detail, terperinci, dan berurutan. Sebutkan tahapan pekerjaan mulai dari persiapan hingga selesai, pastikan tidak ada yang terlewat.
Kesalahan umum yang sering terjadi:
Pada kolom ini, kasus kesalahan pengisian yang sering terjadi, di antaranya tahapan pekerjaan dari awal hingga selesai tidak lengkap; dua atau lebih langkah kerja digabung menjadi satu langkah; langkah kerja yang tidak teridentifikasi; serta langkah kerja ditulis pada kolom pengendalian bahaya.
3. Isi kolom potensi bahaya dengan jelas, ringkas, dan padat untuk setiap masing-masing tahap pekerjaan tersebut. Setiap tahap pekerjaan tentu mengandung lebih dari satu bahaya, maka tulis bahaya mulai dari yang memiliki risiko tinggi ke bahaya yang memiliki risiko rendah untuk menentukan prioritas pengendalian.
Kesalahan umum yang sering terjadi:
Pada kolom ini, kasus kesalahan pengisian yang sering terjadi, di antaranya potensi bahaya ditulis terlalu singkat atau terlalu panjang; bahaya yang mungkin timbul tidak teridentifikasi; dua atau lebih bahaya digabung menjadi satu; dan urutan penulisan bahaya tidak sesuai dengan tahapan pekerjaan.
4. Isi kolom pengendalian sesuai bahaya yang telah diidentifikasi. Jika setiap bahaya yang telah diidentifikasi memiliki pengendalian lebih dari satu, tulis upaya pengendalian berdasarkan hierarki pengendalian bahaya, di antaranya eliminasi, substitusi, rekayasa teknologi, administratif, dan APD.
Kesalahan umum yang sering terjadi:
Pada kolom ini, kasus kesalahan pengisian yang sering terjadi, di antaranya menempatkan tahap pekerjaan sebagai tindakan pengendalian; menulis kata-kata yang mengandung relativitas (contohnya: hati-hati, perlahan-lahan, jangan terburu-buru), maka gunakan kata-kata yang terukur; penulisan pengendalian bahaya tidak sesuai hierarki pengendalian bahaya.
5. Isi kolom tanggung jawab. Tulis nama supervisor atau pekerja yang bertanggung jawab untuk melaksanakan pengendalian tersebut.
6. Bubuhkan tanda tangan dan nama jelas pada kolom isian “supervisor”. Isian ini berfungsi sebagai bentuk tanggung jawab supervisor atas semua hal yang tertulis di JSA.
7. Bubuhkan tanda tangan dan nama jelas pada kolom isian “safety manager”. Isian berfungsi sebagai persetujuan dari HSE Departement dan memastikan bahwa seluruh yang tertulis di JSA telah memenuhi aspek K3.
8. Bubuhkan tanda tangan dan nama jelas pada kolom isian “anggota tim”. Tanda tangan ini diperlukan sebagai bukti bahwa JSA telah disosialisasikan kepada seluruh pekerja yang terlibat dan seluruh pekerja sudah memahami isi dari JSA.
* * *
Dalam pelaksanaannya, JSA akan digunakan oleh level pekerja (bukan pengawas), maka pastikan bahasa yang digunakan dalam JSA mudah dimengerti dan dapat langsung diterapkan. JSA juga harus didokumentasikan dan akan lebih baik lagi jika memiliki carbon copy agar dapat langsung digandakan dan disebarluaskan kepada pihak-pihak terkait.
Tidak hanya itu, pengawas/supervisor harus melakukan sosialisasi kepada pekerja yang terlibat agar mereka memahami isi dari JSA dan tidak memiliki pemahaman ganda (ambigu). Selalu ingatkan pekerja, apabila langkah-langkah dalam JSA tidak dapat dilakukan maka pekerja wajib melaporkan ke pengawas.
Salam safety!
Keselamatan dan Kesehatan Kerja atau yang sering disingkat K3 adalah himbauan keamanan dalam bekerja agar terhindar dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Sebenarnya himbauan ini merupakan salah satu hal penting yang wajib diterapkan oleh semua perusahaan. Yuk kepoin website kami untuk informasi pelatihan k3
Setuju banget, Sob. K3 memang wajib diterapkan oleh semua perusahaan dan juga semua pihak yang berada di dalamnya, mulai dari manajemen puncak hingga pekerja. Terima kasih sudah mengunjungi website kami ya 🙂
yang paling sering menulis kesalahan adalah pada kolom potensi bahaya, tetapi yang ditulis adalah kejadian kecelakaan atau kasusnya, contoh terpeleset, terjatuh, terbakar, tersengat listrik,dst….
padahal yang benar adalah lantai yang licin, bekerja di ketinggian, bahan mudah terbakar….., arus listrik, dst……
Betul sekali pak. Masih byk yg belum bisa bedakan antara Potensi Banana dan Resiko. Dan ironisnya, org kita sendiri yg approved itu JSA, padahal lulusan K3. Kalau di kolom Potensi Bahaya diisi dgn Terjepit, terpeleset, terus Resiko nya apa ? Justru saya balikkan lagi pertanyaannya, yg buat sampai terpeleset dan Terjepit itu? Itu lah Potensi Bahaya nya. Simple nya Potensi Bahaya itu adalah Sebab dan Resiko itu adalah Akibat. Makanya dlm investigasi insiden/kecelakaan, yg dicari’kan akar penyebab bukan Akibat nya. Di LinkedIn sering Saya temukan postingan² Fresh graduate K3, soal JSA, HIRA dsb nya, tapi saya tdk pernah melihat postingan soal Kategori Bahaya berdasarkan Sifat/karakter. Yg Saya lihat selalu Potensi Bahaya Berdasarkan sumber Bahaya. Saya bukan dari latar belakang pendidikan K3, hanya sdh mengenal K3 sejak tahun 1997 sampai skrg dan pertama kali yg Saya di training kan oleh consultant HSE dari Inggris adalah JSA dan Risk Assessment. Makanya kaget diatas tahun 2010, ko form JSA ada yg disisipkan Matriks Resiko, padahal itu ada di kolom Risk Assessment. Yg Saya tahu ketika ikut training wkt itu adalah sama form nya dgn Safety Sign Indonesia. Itu lah form asli JSA. Kalau saya bertemu dgn para lulusan K3 yg sdh jadi HSE Manager, sebenar nya ingin belajar dari mrk, tapi malah Saya ajarkan mrk. Saya cuma bilang, anda hebat krn lulusan sarjana sains K3 dan Sarjana Kesehatan Masyarakat, beda dgn Saya yg bukan dari latar belakang pendidikan itu. Mudah²an kedepannya mrk bisa memahani antara Bahaya dan Resiko.
Salam K3 .
F. A. Repi
Koreksi, Potensi Bahaya ya di awal kalimat itu. Typo. Maklum mata sudah plus dan wkt ketik tdk pakai kacamata
Hallo Safety Sign Indonesia,
saya mau tanya, apakah SOP, WI dan Form JSA dan HIRAC bisa digabungkan?
atau sebaiknya dipisahkan saja? saya baru mendalami ranah K3, mohon bimbingannya.
Halo Sob, untuk SOP, WI, JSA dan HIRADC sebaiknya dipisahkan pembuatan form/dokumennya karena masing-masing memiliki fungsi dan tujuan yang berbeda. Semoga membantu, terima kasih sudah mengunjungi website kami ya
Pentingnya penerapan K3 dalam suatu perusahaan agar terciptanya keamanan dan kenyamanan dalam bekerja.