Tak kasat mata, mikroplastik tak hanya mengancam sungai dan lautan, tetapi juga makhluk hidup dan daratan.

Sumber: nbcnews.com

Berawal dari perilaku membuang sampah plastik sembarangan dan dibiarkan, ditambah adanya unsur-unsur alam, seperti radiasi matahari, angin, arus air, atau hujan, mengakibatkan plastik akan terpecah menjadi potongan-potongan yang lebih kecil, terurai seiring waktu tak kasat mata.

Mikroplastik sangat berbahaya karena memiliki kandungan bahan kimia yang bersifat toksik dan karsinogenik. Pencemarannya telah memberikan dampak buruk, tak hanya bagi lingkungan, tetapi juga makhluk hidup.

Baca juga 

Sebenarnya Darimana Mikroplastik Berasal?

Sumber: milestonesrl.com

Istilah mikroplastik digunakan untuk membedakan mikroplastik dengan sampah plastik yang lebih besar, seperti botol plastik, kantong plastik, dll. Mikroplastik sebetulnya banyak ditemukan di sekitar kita, untuk lebih memudahkan kita memahami sumber dari mikroplastik, berikut klasifikasi dari mikroplastik:

1. Mikroplastik Primer
Mikroplastik ini ada yang sengaja dibuat untuk digunakan dalam produk pembersih wajah, kosmetik, dan cat. Mikroplastik ini dinamakan mikroplastik primer.

Dalam produk kecantikan, mikroplastik dikenal sebagai microbeads. Sedangkan dalam produk pembersih wajah atau body scrub, ‘scrubber‘ mikroplastik telah menggantikan bahan-bahan alami, seperti kulit almond, oatmeal, dan batu apung.

2. Mikroplastik Sekunder
Mikroplastik juga bisa berasal dari potongan plastik besar yang kemudian terdegradasi menjadi potongan yang lebih kecil. Ini dinamakan mikroplastik sekunder.

Sumber mikroplastik sekunder antara lain botol air dan soda, jaring ikan, kantong plastik, bungkus makanan, serat buatan berasal dari pencucian pakaian, dan debu ban yang bergesek dengan aspal jalan.
Setiap plastik di lingkungan pada akhirnya akan menjadi mikroplastik sekunder karena kekuatan alam, seperti angin, arus air, dan radiasi UV yang memecahnya menjadi potongan yang semakin kecil.

Apa Bahaya Mikroplastik Bagi Lingkungan dan Kesehatan?

Dilansir waste4change.com, data terbaru dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), lautan Indonesia sudah tercemar sampah plastik cukup parah. Di tahun 2020, ada sekitar 1772,7 gram sampah per meter persegi. Tak hanya di lautan, sampah plastik juga menghantui daratan juga kehidupan manusia.

Temuan Ecoton Indonesia Januari-Maret 2021, menyebutkan tiga sungai besar di Pulau Jawa, yaitu Sungai Brantas, Sungai Bengawan Solo, dan Sungai Citarum, diidentifikasi terkontaminasi mikroplastik.

Dan, tahukah Sobat Pro Safety, laporan yang diterbitkan oleh World Wide Fund for Nature (WWF) menyebutkan setiap orang berisiko menelan sekitar 5 gram plastik per minggunya tanpa disadari.

Saatnya Kurangi Risiko Mikroplastik

Mikroplastik menjadi ancaman serius yang tak bisa diabaikan. Sampah plastik yang dapat menghasilkan mikroplastik sangat sulit terurai dan apabila mencemari lingkungan, membahayakan bagi makhluk hidup, bahkan manusia.

Meski sulit menghindari diri dari paparan mikroplastik, namun bukanlah hal yang mustahil dilakukan.
Sobat Pro Safety dapat memulainya dengan perlahan mengurangi penggunaan produk-produk plastik, mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, hindari memanaskan makanan di wadah plastik, kurangi mengonsumsi makanan kemasan, hindari skincare yang mengandung microbeads, hingga mendaur ulang barang-barang plastik yang kita punya.

Sebagai puncak rantai makanan, manusia perlu menghentikan laju pencemaran mikroplastik yang bertebaran di daratan, sungai, maupun laut.

Semoga bermanfaat, Sobat Pro Safety.

×