Alat Kerja Juga Bisa Berbahaya

“Lho, kamu kerja juga, Bang?” tanya Samsul keheranan.

Pertanyaan ini muncul karena sehari sebelumnya Sarif sempat sakit. Samsul kira, Sarif yang kini sudah tinggal terpisah dengannya itu tidak akan masuk kerja. Samsul keliru. Sarif ternyata masih datang. Terlihat bersemangat pula. Sarif dan Samsul adalah dua bersaudara yang bekerja di perusahaan yang sama. Sang kakak, Sarif, sudah bekerja cukup lama. Sementara sang adik, Samsul, baru masuk beberapa minggu saja.

“Ya, ga sakit berat ini, Sul,” jawab Sarif enteng.

“Tapi, kan mending istirahat, Bang. Takutnya nanti sakitnya malah jadi parah, lho,”

“Tenang aja, Sul.”

Adik kakak ini memang punya prinsip yang berbeda dalam menjalankan pekerjaan. Sarif terkenal telaten, rajin, ulet, juga taat peraturan. Sementara Samsul kebalikannya. Beberapa minggu bekerja di sini, Samsul bahkan sudah dua kali kena teguran petugas K3.

Pertama, Samsul ditegur karena kerap tidak menghiraukan imbauan untuk memakai Alat Pelindung Diri. Petugas K3 sempat kesal, tapi akhirnya memaklumi juga mengingat Samsul adalah karyawan baru dan belum menyesuaikan diri. Jadi, dia butuh lebih banyak diingatkan.

Kedua, Samsul ditegur gara-gara bercanda di tempat kerja. Bercanda tidak pada tempatnya, apalagi di tempat yang banyak terdapat potensi bahaya memang sungguh fatal akibatnya.

Saat petugas K3 tahu kalau Samsul ternyata adik Sarif, maka dia pun meminta Sarif untuk lebih sering membimbing dan mengingatkan adiknya itu. Terlebih, dengan reputasi Sarif yang baik, petugas K3 itu yakin dia akan jadi patron yang sempurna bagi adiknya.

“Eh, Sul, hati-hati. Nanti terjatuh!” ujar Sarif mengingatkan adiknya.

Mereka dan beberapa orang lainnya sekarang sedang mengerjakan proyek pembangunan di lantai tiga. Samsul yang paling muda bukan saja dari segi umur tapi juga pengalaman kerja itu dirasa kakaknya terlalu bekerja di pinggir batas bangunan. Apalagi bangunan lantai tiga ini tidak memiliki penghalang apapun di pinggirnya. Kalau jatuh, cukup berbahaya. Di pinggirnya juga tidak dipasangi jaring untuk mencegah terjatuhnya barang-barang atau puing-puing bangunan.

Sarif sudah melapor sekaligus mengusulkan pemasangan jaring ini pada mandor dan petugas K3. Katanya sih, hari ini jaring tersebut mau dipasang. Tapi hingga kini belum terlihat tanda-tandanya.

“Iya, Bang. Kalau mau jatuh, pasti kerasa kok,” jawab Samsul sambil cengengesan.

“Iya, kerasa sakit. Apalagi kalau sudah masuk rumah sakit!” timpal Sarif pada adik semata wayangnya itu.

Jam istirahat tiba. Semua bersiap-siap turun untuk mencari makan siang. Sarif lebih dulu turun karena buru-buru mau melakukan salat zuhur. Rekan kerja lain menyusul turun setelahnya.

“Sul, jangan lupa nanti sebelum turun, alat-alatnya beresin dulu, ya!” ujar Sarif.

“Siap, bos!” jawabnya dengan rokok di bibir sambil tangan memacak paku pada papan kayu dengan menggunakan palu.

Setelah rokok habis, barulah Samsul turun dan mendatangi warung makan di seberang jalan. Beberapa peralatan kerja yang tadi digunakan, seperti gergaji, palu paku, pahat, dan lain sebagainya tidak dibereskan. Pikirnya, toh ini cuma mau istirahat, bukan mau pulang. Ditinggal sebentar, tentu saja tidak akan menimbulkan kerugian. Lagi pula, ini kan hanya peralatan kerja, bukan sesuatu yang berbahaya.

“Eh Sul, dengerin kata abangmu itu,” ujar Bogel pada Samsul yang hendak makan. Bogel adalah rekan kerja satu timnya yang sama-sama bekerja di lantai tiga tadi. “Bekerja di area semacam ini banyak risikonya. Kalau ga hati-hati, bisa celaka,” tambahnya.

“Iya, Mas,” jawab Samsul sambil menyendok nasi berkuah sayur kacang dari piringnya.

“Waktu itu bahkan ada pekerja yang terjatuh, langsung meninggal di tempat,” imbuh Bogel mengiringi acara makan siang kali ini.

“Wah, kenapa itu, Mas?” tanya Samsul.

“Katanya sih, harness yang dipakainya rusak.”

“Wah, mengerikan, ya.”

“Iya, makannya, kudu hati-hati!”

“O iya, tadi peralatan kerjanya diberesin ga?” tanya Bogel.

“Emmm… diberesin, Mas,” jawab Samsul gelagapan.

Merasa telah mengatakan kebohongan, Samsul langsung mengalihkan pembicaraan.

“O iya, Bang Sarif ke mana, ya? Kok enggak ikut makan di sini?”

“Mungkin dia masih salat, Sul”

Setelah makan siang plus kegiatan merokok usai, mereka kembali ke area konstruksi untuk melanjutkan pekerjaannya. Sesampainya di tempat kerja, Samsul didatangi petugas K3.

“Sul, kamu sebaiknya segera ke rumah sakit,”

“Lho, memangnya ada apa, Pak?”

“Sarif kecelakaan.”

Sarif dibawa ke rumah sakit terdekat untuk mendapat perawatan. Kepalanya yang belum sempat ditutupi safety helmet mengalami cedera serius akibat tertimpa palu dari lantai atas. Diduga, ada seseorang yang tidak sengaja menyenggol alat yang tergeletak di pinggiran area kerja lantai tiga itu hingga terjatuh.

Semoga menginspirasi. Salam Safety!

×