Belajar Mencuci Tangan dengan Benar
“Zen, si Salim ke mana? Cuti?” tanya Haidar.
Haidar adalah karyawan baru yang berseteru dengan karyawan senior bernama Salim pada hari-hari pertamanya masuk kerja. Pemicunya, Haidar melakukan serangkaian tindakan yang tidak patut dilakukan oleh food handler, terutama di area produksi. Buntutnya, Salim mengadukan Haidar pada sang manajer, Rusli. Namun, respons yang Salim dapat sungguh di luar dugaan.
“Memangnya kenapa? Kamu kangen?” jawab Zen.
Haidar terdiam. Namun, bukan berarti dirinya mengiyakan pertanyaan kawan barunya tersebut. Dia hanya tiba-tiba teringat Salim dan segala perseteruan yang terjadi dengannya. Di satu sisi, Haidar sadar kalau dirinya keterlaluan. Di sisi lain, dia juga memang tidak terima disalahkan Salim atas ketidaktahuannya. Untuk menghindari terjadinya hal serupa, Haidar bertekad belajar dan memperbaiki diri.
“Aku tiba-tiba teringat perkataan Salim.”
“Soal apa?”
“Waktu itu, dia bilang kalau aku harus mencuci tangan dengan cara yang benar.”
“Terus?”
“Ya, jadi aku mau tanya sama kamu, memangnya cuci tangan yang benar itu kayak gimana sih? Aku bahkan baru tahu kalau cuci tangan ternyata ada benar dan salahnya segala.”
“Oh… kalau soal itu, ya, tahulah. Bahkan, semua karyawan di industri makanan seperti ini harusnya memang tahu hal mendasar macam itu.”
“Jadi?”
“Ya enggak jadi-jadi. O ya, aku mau tanya dulu. Barusan sebelum makan kamu cuci tangannya gimana emang?”
Haidar hanya nyengir belaka. Pasalnya, dia memang tidak mencuci tangan dulu sebelum makan. Biasanya, dia hanya akan mencuci tangan setelah makan saja.
“Hih! Jorok.”
“Ya, makannya, ayo cepat ajari aku cara cuci tangan yang benar!”
“Ya nanti, dong. Kita kan masih makan.”
“Oh iya, ya. Hahaha….”
Setelah menandaskan makan siang, kedua rekan yang baru berteman selama satu mingguan ini lalu bergerak menuju wastafel yang berada di sebelah utara kantin, dekat lorong menuju toilet.
“Sebenarnya, langkahnya sangat mudah,” ucap Zen sambil memutar keran.
Pertama, basuh tangan, tuangkan sabun, dan gosok telapak tangan sambil meratakan sabun ke seluruh permukaan tangan. Kedua, gosok bagian punggung tangan secara bergantian. Ketiga, gosok sela-sela jari.
“Kayak gini,” ujar Zen sambil memperlihatkan kedua belah sela-sela jarinya yang digosok saling silang. Haidar mengangguk sambil mempraktikkan instruksi Zen.
Setelah itu, gosok punggung dan ujung jari-jari dengan posisi saling mengunci pada telapak tangan.
“Posisinya kayak gini,” terang Zen sambil memperlihatkan pose kedua tangan yang mengatup.
“Wah, ini bakalan susah dipraktikkan kalo cuma baca atau dengar saja. Untung aku langsung diajari sama kamu.”
“Iya, langkah ini memang agak susah dijelaskan. Harus lihat dari gambar atau video, sih. Atau, kalau di tempat kerja kayak gini, harusnya ada poster cara mencuci tangan yang benar. Biar semua orang bisa mempraktikkannya dengan baik,”
“Iya juga. Terus kenapa di sini ga ada?”
“Nah itu, aku enggak tahu. Asalnya sih ada, cuma sudah pada rusak, kayaknya.”
“Ga diganti sama yang baru?”
“Ya, enggak tahu juga sih. Aku kan bukan orang HSE.”
“Heh! Jangan kelamaan digosoknya. Nanti lecet!” imbuh Zen. Tawa pun pecah di antara keduanya.
Langkah selanjutnya, gosok bagian ibu jari. Caranya, genggam ibu jari kiri dengan tangan kanan lalu gosok secara memutar. Lakukan sebaliknya untuk ibu jari kanan.
“Setelah itu, gosok bagian pergelangan tangan. Memang, tidak semua orang mempraktikkan bagian yang ini. Tapi, setahu aku sih, di sini langkah ini dipraktikkan karena mengikuti anjuran dari Depkes.”
“Ya sudah, kita gosok saja. Biar lebih bersih juga.”
“Betul!” ucap Zen sambil mengangkat jempolnya yang masih berbusa. “Terus, langkah selanjutnya…” imbuhnya.
“Ya ampun! Jadi urusan cuci tangan ini masih panjang?”
“Ya, kalau mau mengikuti cara yang benar, memang begini, Bro.”
“Aku kira tidak serumit ini.”
“Ya, kalau sudah biasa, enggak akan terasa rumit. Lagian memang enggak rumit juga, sih.”
“Ya sudah.”
Langkah berikutnya, gosokkan ujung jari pada telapak tangan dengan cara memutar. Ini berguna untuk membersihkan kotoran atau kuman yang menempel pada kuku atau bagian ujung jari.
“Ini caranya gampang. Tinggal posisikan tangan kayak yang mau nyomot nasi saja,” ucap Zen sambil memperlihatkan pose jari-jari tangan sebelah kanannya pada Haidar. “Lalu, putar-putar deh di telapak tangan sebelah kiri,” imbuhnya. “Lakukan hal yang sama pada jari-jari tangan sebelah kiri, ya!”
Setelah semua tahap dilakukan, tinggal bilas lalu keringkan menggunakan tisu atau lap kering yang benar-benar bersih.
“Ingat, cuci tangan ini harus di air mengalir, ya! Dan, jangan lupa pakai sabun,” ujar Zen sambil mengambil tisu untuk mengeringkan kedua tangannya.
“Wah, aku merasa tercerahkan,” canda Haidar. Zen terkekeh.
Selain memperlihatkan cara mencuci tangan yang benar pada Haidar, Zen pun tidak lupa mengingatkan kalau praktik mencuci tangan ini harus dilakukan dalam berbagai kesempatan. Mulai dari sebelum dan sesudah menangani produk makanan, sehabis beraktivitas di luar ruang produksi, sehabis menggunakan toilet, sampai sehabis batuk, bersin, ngupil, atau buang ingus.
“Pokoknya saat tangan terasa kotor dan tidak higienis untuk menangani produk makanan kita.”
“Sip! Soal itu, Si Salim sudah pernah ngasih tahu, sih.”
“Bagus!”
“O ya, jadi si Salim tuh ke mana, sih? Setelah keluar dari ruang Pak Rusli, aku tidak pernah lihat dia lagi sampai saat ini.”
“Iya. Setelah kejadian itu, dia memang langsung resign, Bro.”
Semoga Menginspirasi, Salam Safety!