Maut Tak Kenal Jarak
“Yang ada di dalam video itu beneran kamu, Gum?” tanya Dinar sembari cekikikan.
“Ga perlu dibahas lagi lah,” gumam Gum sambil meraih mug kesayangannya yang bergambar karakter superhero. Dua sendok penuh kopi dari jenis Arabica plus satu sendok gula dimasukkan ke dalamnya. Air panas dituang sambil diaduk perlahan. Wangi kopi pun menyeruak ke seluruh penjuru ruangan kantor.
Video itu direkam oleh Artha, rekan satu kantor mereka. Saat peristiwa itu terjadi, Artha sedang dibonceng oleh Gum. Video rekaman Artha yang berdurasi tidak lebih dari dua menit itu pun lantas dibagikan di grup WhatsApp kantor.
Peristiwa itu terjadi pada Jumat malam. Di jalan menuju perempatan, seorang pemotor wanita yang memacu kendaraannya di depan Gum jelas-jelas memberi sinyal lampu sein ke kiri. Tapi, kala perempatan makin mendekat, wanita itu malah bermanuver dengan tajam ke arah kanan. Gum yang ingin mengambil jalur lurus tentu jadi kaget sendiri. Akibatnya, motor Gum hampir menyerempet motor di depannya itu.
Merasa hampir dicelakai, wanita tersebut lantas turun dari motornya kemudian mendamprat Gum di tengah jalan. Yang memalukan, kejadian itu dilihat serta direkam oleh beberapa pengguna jalan lainnya. Termasuk Artha.
Gum tidak menyangka kalau dirinya akan berurusan dengan sosok emak-emak raja jalanan. Selama ini, guyonan seputar ibu-ibu pemotor yang pencet sein ke kiri tapi belok ke kanan itu hanya Gum lihat dari beberapa video atau meme-meme yang bertebaran di media sosial. Tak dinyana, hari itu dia bertemu langsung dengan sosok tersebut. Tidak hanya bertemu, Gum bahkan terkena dampratannya.
“Kenapa enggak dilawan sih, Gum?”
“Ibu itu terlihat sudah berumur, Din. Ga enak kalau dilawan.”
Dinar yang jarang minum kopi itu pun kini menyibukkan diri mencari cangkir untuk turut membuat kopi. Sambil menyodok kopi dan gula dari dalam stoples-stoples ramping itu, Dinar yang awalnya ingin merisak Gum kini mengubah arah pembicaraannya kepada hal yang terdengar lebih serius.
“Hal semacam itu sebenarnya menunjukkan dengan jelas bahwa kesadaran untuk menjaga keselamatan saat berkendara di sini tuh memang masih kurang,” ucap Dinar.
“Soal penggunaan helm yang jelas-jelas penting pun, masih banyak yang tidak mengindahkannya. Kalau pun pakai helm, seringnya itu kita lakukan cuma biar enggak ditilang polisi aja, kan? Bukan karena kesadaran akan keselamatan diri,” imbuhnya dengan begitu filosofis.
Seperti seorang anak yang sedang mendapat wejangan berharga dari bapaknya, Gum manggut-manggut sambil sesekali menyeruput kopi yang masih mengepulkan asap tipis itu.
“Apalagi, nih? Pasti mau ngomongin soal video juga!” ucap Gum dengan ketus pada seorang pria yang tiba-tiba mendatangi Gum dan Dinar dengan senyum mengembang di bibirnya.
Gum keliru. Pria yang tinggi ramping dan tampak selalu klimis itu ternyata tidak ingin merundung Gum perihal videonya. Rekan kantornya ini memasang senyum demikian ramah karena ingin meminta bantuan Gum untuk meminjaminya helm.
“Bentar aja, kok, Gum. Mau keluar. Mumpung si bos lagi ga ada.”
“Jangan lama-lama. Soalnya nanti aku juga mau pakai,” ujar Gum sambil menyerahkan kunci loker tempat penyimpanan helm.
“Memangnya nanti kamu mau ke mana, Gum?” tanya Dinar.
“Mau beli makanan. Nanti aku kan lembur.”
“Ooh!” ujar Dinar sambil beranjak menuju meja kerjanya.
Satu jam berlalu, peminjam helm itu tak kunjung datang. Tidak mau keluar berbarengan dengan jam pulang kantor karena pasti akan macet, Gum memutuskan untuk pergi ke luar mencari makanan saat itu juga. Tanpa mengenakan helm.
“Pakai helm aku aja dulu, Gum,” ucap Dinar menawarkan bantuan.
“Ga perlu, Din. Deket ini, kok,” jawab Gum mantap.
“Maut mengancam kapan aja, lho, Gum. Ga kenal jauh atau deket,” timpal Dinar. Gum hanya nyengir menunjukkan deretan giginya belaka.
Saat jam kantor telah usai dan di ruangan itu hanya tersisa Dinar seorang, Gum pun kembali dari pencariannya. Namun, Gum terlihat tidak membawa apa-apa. Dinar sempat merasa heran pada sahabat karibnya itu. Tapi, karena ada janji dan harus buru-buru pulang, Dinar tidak bertanya lebih lanjut.
“Aku pulang duluan, Gum!” ujar Dinar sambil bergegas keluar menenteng tas kerjanya.
Di jalan yang hanya berjarak beberapa ratus meter dari gedung kantor, perjalanan Dinar harus terhenti. Jalanan tersebut macet karena banyak orang berkerumun memadati jalan. Rupanya terjadi kecelakaan antara motor dan sebuah mobil sedan. Katanya, sang pemotor meninggal di tempat karena kepalanya pecah akibat menghantam ujung trotoar. Sementara pengendara sedan dan dua orang penumpang di dalamnya mengalami luka ringan.
Artha berada dalam kerumunan tersebut. Saat melihat sosok Dinar, Artha dengan serta-merta menghampirinya.
“Lho, ngapain di sini, Bro?” tanya Dinar.
Tanpa menghiraukan pertanyaan Dinar, Artha berucap lirih dengan bibir yang tampak bergetar, “Orang yang kecelakaan itu dia, Din.”
“Siapa?”
“Gumilar.”
Semoga menginspirasi. Salam Safety!