Oleh-Oleh Lebaran untuk Bajang

Hari ini adalah hari terakhir di bulan Ramadhan. Artinya, besok umat Islam Indonesia akan merayakan hari raya Idul Fitri alias Lebaran. Keluarga Bajang, seperti umumnya keluarga muslim lain, mengisi hari ini dengan membuat masakan khas Lebaran.

Sang istri, Anneu, membuat berbagai macam hidangan, mulai dari ketupat sayur, gulai kambing, rendang, sambal goreng ati, opor ayam, dan lain sebagainya. Pokoknya semua jenis masakan yang sarat akan lemak jenuh dan santan. Jauh-jauh hari, dia juga telah membuat berbagai jenis kue dan camilan yang identik dengan hari raya Idul Fitri tersebut. Seperti kue nastar, kastangel, putri salju, kue semprit, sampai kacang goreng.

“Wah, ini semua kesukaanku, Bu,” ucap Bajang sambil menciumi aroma hidangan itu satu per satu. “Rasanya sudah tak kuat kepingin mencicipi,” imbuhnya.

“Hus! Nanti puasanya batal, Pak,” tukas Anneu setengah bercanda.

“Iya… iya…” sambar Bajang sambil mencolek pinggang istrinya.

“O iya, Pak. Nanti belikan ketupat, ya. Kayaknya ini kurang,” ujar Anneu sambil mengangkat seikat ketupat siap masak. “Jalan kaki saja, sekalian olahraga. Siapa tahu perutnya jadi mengecil,” imbuhnya sambil menuding perut sang suami.

Bajang biasanya sangat malas jalan kaki. Bahkan untuk belanja ke minimarket yang jaraknya hanya sekitar 200 meteran saja dia lebih memilih untuk naik motor. Namun, menyadari dirinya sangat jarang bergerak dan berolahraga ditambah bobot tubuhnya kian bertambah, kali ini Bajang mengikuti saran istrinya untuk berjalan kaki.

Takbir berkumandang pertanda Lebaran telah datang. Pagi-pagi sekali Bajang sudah bangun untuk menunaikan salat subuh kemudian siap-siap berangkat ke lapangan terdekat untuk salat Idul Fitri. Sebelum pergi, dirinya menandaskan semangkuk ketupat sayur yang diberi tambahan sambal goreng kentang dan sambal goreng ati.

“Sunah, Bu,” ujar Bajang saat istrinya menghampiri.

“Sunah sih sunah, Pak. Tapi jangan kebanyakan makannya. Nanti habis salat Id juga bakal makan lagi,” ujar Anneu.

“Iya, Bu. Cuman semangkok kecil ini, kok,” ucap Bajang sambil menunjuk seporsi ketupat sayur dalam mangkok yang sama sekali tidak berukuran kecil itu.

Sepulang salat Id dan bersalaman dengan tetangga sekitar, Bajang dan istri serta anak-anaknya kembali ke rumah. Tak butuh waktu lama, Bajang kembali melahap berbagai hidangan yang dimasak istrinya itu. Semua menu yang terbilang tinggi kolesterol itu perlahan dilahapnya satu per satu.

“Wah, ibu memang jago masak, ya” ujar Bajang sambil memasukkan satu sendok nasi bersama gulai kambing favoritnya ke dalam mulut.

“Jangan terlalu banyak makan, Pak. Nanti kita kan harus ke rumah orang tuaku. Kalau kekenyangan, nanti kamu ga bisa gerak lagi,” tutur Anneu.

Bajang tidak menggubris. Sebaliknya, dia malah kian lahap hingga menambah nasi untuk yang ketiga kali dengan lauk-pauk yang terus berganti.

“Kan kemarin sudah puasa sebulan penuh, Bu. Jadi, ini hitung-hitung menghadiahi diri sendiri lah,” timpal Bajang kemudian.

“Ya sudah, tapi nanti di rumah ibuku jangan makan lagi, ya. Soalnya kamu biasanya di sana makan tidak kalah lahapnya, Pak. Kasihan loh itu perut, sudah hampir meletus,” canda Anneu.

Dugaan Anneu tidak meleset. Sesampainya di rumah orang tuanya, Bajang memang kembali lahap menyantap berbagai hidangan yang kebetulan tidak dimasak istrinya di rumah. Kali ini dia menyantap semangkok penuh Soto Banjar.

Tidak hanya di rumah mertuanya, tapi saat berkunjung ke rumah kerabat dan kolega pada hari-hari setelahnya, Bajang juga melakukan hal yang sama. Bedanya, di rumah-rumah itu Bajang lebih banyak memakan kue dan camilan. Di beberapa rumah, dia bahkan meminum berbagai jenis minuman manis seperti es sirop, es kopyor, es cendol, hingga minuman bersoda.

“Kok aku merasa agak susah bernapas, ya, Bu” ucapnya suatu ketika setelah makan rendang. “Dadaku juga agak sakit,” imbuhnya.

“Paling-paling itu karena Bapak kebanyakan makan saja,” ucap Anneu sambil lalu.

Di hari lain, Bajang menyampaikan keluhan berbeda. Seperti sering berkeringat, mual, dan sakit perut. Lagi-lagi, Anneu menanggapi dingin. Pastinya itu semua karena sang suami memang terlalu banyak makan. Tidak ada alasan yang lebih logis dari itu, pikirnya.

Namun, semakin hari, keluhan yang disampaikan Bajang semakin banyak. Bajang sering merasa lemas, mudah pusing, gelisah, hingga sakit pada bagian tubuh lain seperti lengan kiri, rahang, leher, dan punggung.

Puncaknya terjadi pada hari Rabu, seminggu setelah lebaran berlalu. Hari itu, Bajang yang sudah mulai masuk kerja hendak mengambil wudu. Saat membasuh muka, tiba-tiba dirinya merasa sangat lemas. Beberapa detik kemudian, Bajang terjatuh dan tidak sadarkan diri. Rekan-rekan kantor langsung membawanya ke rumah sakit.

Saat di IGD, Bajang diberitahu bahwa dirinya terkena serangan jantung. Menurut keterangan dokter, hal itu terjadi karena Bajang tidak menerapkan pola hidup sehat ditambah konsumsi makanan tinggi kolesterol pasca Lebaran.

“Pasokan darah Anda menuju jantung jadi tersumbat. Penyebabnya adalah karena terdapat plak pada dinding pembuluh darah akibat timbunan kolesterol,” jelas dokter.

Bajang menyesal karena telah kalap memakan makanan yang tidak begitu sehat selama seminggu terakhir ini. Padahal kalau dimakan dalam jumlah wajar, dirinya mungkin tidak akan berakhir seperti ini.

“Semoga Engkau memberi kesempatan kedua padaku untuk menjalani pola hidup yang lebih baik dan lebih sehat,” rintih Bajang dalam hati.

Semoga Menginspirasi, Salam Safety!

×