Pertolongan Pertama yang Keliru
“Do, kaki kamu kenapa? Kayak yang kesakitan gitu?”
“Biasa… kecelakaan kecil.”
“Kecelakaan kecil gimana?”
Empat hari lalu, terang Rado, dirinya mengalami kecelakaan motor tunggal. Kendaraan roda dua yang ditungganginya itu hilang kendali hingga terguling ke samping kanan. Badan motor pun menimpa badan Rado. Lalu, knalpot yang panasnya mencapai ratusan derajat menempel tepat di betis kanannya yang terbuka karena Rado memakai celana pendek.
“Udah lama juga, ya. Tapi, kok kamu masih terlihat kesakitan? Kayak kecelakaannya itu baru terjadi kemarin.”
“Iya, nih. Bukannya membaik, kayaknya lukanya malah makin parah.”
“Parah?”
Rado menunjukkan betisnya. Saat celana sebelah kanannya digulung, tampak luka bakar berwarna merah dengan panjang ditaksir lebih dari 10 cm. Daging di sekitarnya agak membengkak. Gelembung besar berisi cairan bening terlihat seakan siap meletus.
“Tadi pagi, lukanya mulai bernanah, Koh.”
“Ya ampun!” ujar Koko sambil mendekatkan matanya ke arah luka tersebut. Bau agak busuk tercium sama-samar.
Koko curiga kalau luka bakar yang dialami Rado sudah terinfeksi bakteri. Selain dari tanda bahwa lukanya bernanah, agak bengkak, dan agak berbau, kecurigaan Koko kian bertambah setelah Rado mengatakan bahwa dirinya juga mengalami demam yang cukup tinggi.
“Memangnya, pas kena knalpot, kamu apakan luka bakar ini, Do?”
“Aku olesi pakai pasta gigi, Koh.”
Koko tepuk jidat. Dia tidak mengira kalau teman karibnya ini ternyata masih percaya pada mitos penyembuhan luka bakar dengan menggunakan pasta gigi.
“Ga sekalian olesin sama mentega, Do?” tanya Koko diiringi geleng-geleng kepala.
“Tadinya mau, tapi di rumah lagi ga ada, Koh.”
Koko tepuk jidat untuk yang kedua kalinya. Kali ini, dia benar-benar yakin bahwa orang yang ada di hadapannya memang telah memakan mentah-mentah mitos yang kadung beredar luas di kalangan masyarakat tersebut.
“Do… luka bakar itu tidak boleh diolesi dengan pasta gigi, mentega, kecap, putih telur, dan lain sebagainya.”
“Oh! Memangnya kenapa, Koh?”
Koko mengambil smartphone dari dalam saku celananya. Dia lantas membuka situs web kesehatan terpercaya dan membacakan salah satu artikel di dalamnya.
“Kandungan dalam pasta gigi, seperti pemutih, pewarna, mint, kalsium, dan zat-zat lain bisa membahayakan jaringan kulit dan menimbulkan infeksi pada luka bakar,” ujar Koko membacakan sebaris kalimat dalam artikel tersebut.
Selain itu, masih menurut artikel yang sama, mengoles luka bakar dengan pasta gigi bisa menutupi kulit dan menghambat cairan yang akan keluar dari dalam tubuh. Hal tersebut akan menghambat proses penyembuhan.
“Jadi, yang kamu lakukan itu bukannya menolong, tapi memperburuk keadaan,” tambah Koko.
“Ya ampun! Aku baru tahu, Koh,” ujar Rado dengan nada penuh sesal.
“Terus, pertolongan pertama kalau kita mengalami luka bakar itu harusnya gimana, Koh?” imbuhnya.
Dengan senang hati, Koko pun membacakan salah satu sub judul dalam artikel tersebut yang membahas soal cara memberikan pertolongan pertama yang benar pada korban luka bakar.
Pertama, bilas luka bakar tersebut dengan air dingin selama 15-20 menit sebelum kulit mulai melepuh. Hal ini dilakukan untuk menurunkan panas dan menghentikan proses pembakaran yang terus terjadi saat kulit terbakar.
“Pakai air dingin, ya. Bukan air es atau es. Kalau pakai es, nanti bisa menyebabkan kerusakan jaringan kulit,” tambah Koko.
Kedua, siapkan kain lembut atau kapas yang sudah dibasahi dengan air dingin. Tepukkan kain tersebut pada luka bakar secara perlahan.
“Lakukan dengan hati-hati, karena luka bakar biasanya terasa perih yang menyengat,” ujar Koko.
“Ya, kalau itu sih ga perlu dikasih tahu. Aku sangat tahu rasanya luka bakar ini,” jawab Rado.
“Oh, iya, ya. Hehe…”
Ketiga, untuk meregenerasi jaringan kulit dan menghindari infeksi, tuangkan larutan salin pada kapas lalu tepuk pelan pada kulit yang luka.
“Larutan salin itu apa, Koh?”
“Aku juga ga tahu, Do. Kalau mau beli, tanya-tanya saja sama apotekernya.”
“Kalau pakai salep-salepan gitu bisa ga, Koh?”
“Menurut artikelnya sih, sebaiknya jangan. Tapi, kalau pun mau, katanya harus pakai salep yang mengandung bahan pelembab kulit. Dan pastikan, baca dulu aturan pakainya!”
“Oh, ya… ya….”
Terakhir, jangan biarkan luka bakar itu terbuka lebar atau terkena gesekan dengan kain atau benda-benda lainnya. Balutlah dengan kasa steril. Ganti dua kali dalam sehari.
“Duh, dari kemarin luka ini ga aku tutup, Koh. Gimana dong?”
“Hmmm…. Ya, sudah, Do. Lagian, itu semua kan pertolongan pertama. Sekarang sih, sudah terlambat.”
“Iya sih, Koh.”
Rado termenung sambil menahan sakit dan panas pada betisnya. Dia pun kini diliputi rasa takut. Takut kalau terjadi sesuatu yang lebih buruk lagi pada luka bakar yang dialaminya itu.
“Nanti pulang kerja lebih baik kamu segera ke dokter, Do.”
“Iya, Koh. Memang rencananya nanti mau ke dokter.”
“Bagus! Tapi, kenapa ga dari kemarin ke dokternya, Do?”
“Ya, aku kan sibuk, Koh.”
Koko tepuk jidat untuk yang ketiga kalinya.
Semoga menginspirasi, Salam Safety!