“Lihat, Bro, ini talinya kayaknya udah rusak deh.”
“Lho, iya. Udah sobek itu”
“Ringnya ternyata udah berkarat dan agak retak juga ini”
“Waaah, harus dilaporin tuh!”
“Ok. Besok kita lapor ke orang HSE!”
“lho, kenapa ga hari ini aja?”
“Besok aja, Bro. Ini kan udah jam pulang.”
***
Ada yang berbeda dari kegiatan rapat divisi HSE kali ini. Setelah sekian lama beroperasi, barulah dalam rapat kali ini mereka membahas soal pemberian penghargaan bagi karyawan teladan. Entah siapa yang pertama kali memberikan ide itu. Kemungkinan besar antara Muji atau Sihar. Atau mungkin keduanya. Soalnya, merekalah Safety Officer yang terlihat paling peduli pada kesehatan dan keselamatan para pekerja.
Beberapa tahun yang lalu saja, mereka lah yang mengusahakan terpenuhinya semua Alat Pelindung Diri bagi pekerja. Bukan cuma harus memadai, tapi mereka juga mengusahakan agar semua peralatan itu memiliki kualitas yang baik dan menjamin keselamatan pemakainya. Padahal, saat itu pihak manajemen mengatakan bahwa anggaran untuk belanja APD itu harus dikurangi, karena masih banyak keperluan perusahaan yang tidak kalah pentingnya dengan APD. Tapi, Muji dan Sihar maju ke garda paling depan untuk mempertahankan keinginannya.
Kepedulian mereka terhadap kesehatan dan keselamatan karyawan juga tidak berakhir sampai di situ saja. Setelah pengajuan disetujui pihak manajemen dan semua peralatan keselamatan itu sampai di tangan pekerja, Muji dan Sihar juga dengan telaten memberi pelatihan mengenai cara pemakaian yang benar hingga cara perawatan APD tersebut agar tidak cepat rusak.
Dan hari ini, perjuangan mereka untuk para karyawannya ditunjukkan dalam bentuk pengajuan karyawan teladan. Walaupun penghargaannya hanya berupa sertifikat dan cendera mata, Muji dan Sihar yakin kalau hal ini akan membuat para penerima penghargaan merasa bangga dan dihargai kinerjanya. Muji dan Sihar juga percaya bahwa penghargaan ini akan turut memicu pekerja lain untuk terdorong berkontribusi dalam menciptakan lingkungan kerja yang lebih baik lagi.
Rapat untuk hari itu diawali dengan menyeleksi siapa saja karyawan terpilih yang akan dijadikan kandidat penerima penghargaan dan berapa orang yang layak menerimanya. Pada tahap ini, semua tampak berpikir keras, kecuali Muji dan Sihar tentunya.
Sihar pun akhirnya menjadi orang pertama yang angkat suara. Pria asli Sampit, Kalimantan Tengah ini mengajukan dua nama kandidat yang dirasanya sangat tepat untuk menjadi penerima penghargaan tersebut.
“Saya mengajukan Nadim dan Banyu,” ujarnya.
“Selain menerapkan peraturan keselamatan kerja dengan baik pada diri sendiri, mereka juga selalu berusaha menjaga keselamatan rekan-rekannya dengan segera melaporkan potensi bahaya atau near miss yang terjadi. Itu sangat membantu kita,” sambung Sihar.
Berbeda dengan Sihar, Muji mengajukan lebih banyak kandidat. Dia mencalonkan lima orang nama. Empat di antaranya adalah karyawan lama yang sudah dikenal baik oleh Muji, satu orang lagi adalah karyawan yang terbilang baru tapi begitu tertib dan mematuhi peraturan.
“Yang paling kuat itu Karyo. Dia sangat disiplin dan patuh pada peraturan keselamatan kerja perusahaan kita,” tegas Muji pada semua peserta rapat siang itu.
Setelah beberapa anggota rapat lainnya ikut menyumbangkan suara, disepakati lah bahwa hanya akan ada lima kandidat yang akan mendapatkan penghargaan tersebut. Tiga di antaranya adalah karyawan lama, yaitu Nadim, Banyu, dan Karyo. Mereka terpilih karena memang memiliki rekam jejak sangat baik, patuh terhadap berbagai peraturan perusahaan, sangat kooperatif, serta kehadirannya pun jauh dari kata buruk. Dua sisanya adalah karyawan yang belum begitu lama bekerja jika dibanding tiga orang lainnya, tapi memiliki kontribusi yang sangat cukup besar bagi terciptanya budaya Safety di lingkungan kerja.
Saat rapat hampir berakhir, tiba-tiba ada pemberitahuan bahwa telah terjadi kecelakaan kerja dari area konstruksi. Semua peserta rapat terhenyak. Sejurus kemudian mereka keluar menuju lokasi terjadinya kecelakaan.
Lokasi kejadian ternyata sudah ramai. Para pekerja mengerumuni area tersebut seperti sekawanan semut menemukan gula-gula. Manajer Safety dengan cepat menembus kerumunan untuk mengetahui sumber teror mendadak tersebut.
“Kenapa ini?” tanya si Manajer Safety dengan wajah panik.
“Dia terjatuh, Pak,” jawab salah seorang pekerja yang ada di situ.
Korban sudah dipastikan meninggal dunia. Beberapa bagian tubuhnya patah. Darah menggenang di sekitar badannya yang sudah tidak bergerak lagi. Cairan berwarna merah pekat itu tak henti mengalir dari arah belakang kepalanya.
Korban kecelakaan kerja yang terjatuh dari ketinggian belasan meter itu ternyata Banyu. Salah satu kandidat penerima penghargaan karyawan teladan yang dijagokan oleh Sihar.
Dari hasil investigasi kecelakaan setelahnya, didapatkan fakta bahwa safety harness yang digunakan Banyu ternyata sudah rusak. Ironisnya, tidak ada yang melapor soal kerusakan alat ini. Alhasil, alat pelindung jatuh itu tidak sanggup menahan beban tubuh Banyu saat dirinya tiba-tiba terpeleset dari bibir perancah.
Semoga menginspirasi, Salam Safety!