Rully dan Masalah Ergonomi

“Santai, Bro!” canda Noval sambil menepuk punggung Rully yang begitu fokus bekerja.

“Woi! Jangan ditepuk. Sakit.”

“Lho, kenapa, Rul?”

“Punggungku lagi sakit, Val. Bahkan terasa sampai ke pundak sama leher, nih.”

“Waduh! Istirahat dulu mending, Rul. Takutnya kenapa-kenapa.”

“Tanggung. Lagi banyak kerjaan,” sahut Rully sambil menatap layar monitornya.

Rully memang terbilang karyawan yang sangat rajin. Saking rajinnya, ketika ada pekerjaan, dia tidak akan berhenti sebelum benar-benar menyelesaikannya. Jam kerja digunakan seluruhnya untuk bekerja. Dia akan beranjak dari kursi hanya ketika jam istirahat dan ketika ingin menyeduh kopi atau buang air saja.

“Kalau didiemin, lama-lama bahaya lho, Rul!”

“Hmm…” sahut Rully tanpa ekspresi. Badannya tak sedikit pun bergeser dari depan layar berukuran 22 inci tersebut.

Noval hanya bisa geleng-geleng kepala. Padahal seingatnya, ini bukan kali pertama Rully menghadapi kondisi serupa. Sekitar dua bulanan lalu, Rully pun mengalami hal yang nyaris sama: nyeri punggung, pegal-pegal di bagian pinggang, pundak, leher, bahkan pergelangan tangan.

Dengan melihat sekilas, Noval tahu bahwa berbagai gangguan muskuloskeletal yang dialami temannya itu disebabkan oleh posisi dan cara duduk Rully yang tidak baik—padahal meja dan kursinya sudah cukup ergonomis. Noval sudah menyinggung masalah itu berkali-kali. Tapi, Rully ogah menanggapi.

Untuk masalah cara duduk, Noval sudah pernah mengatakan bahwa cara yang baik itu bahu harus rileks dengan punggung tegak lurus dan tertopang. Tapi, Rully lebih suka duduk dengan posisi membungkuk, miring, atau  kadang setengah berbaring. Lebih nyaman, katanya. Kedua telapak kaki juga harusnya menapak seluruhnya pada lantai atau penopang kaki. Tapi, Rully lebih senang kakinya disilang atau diselonjorkan. Lebih nyaman juga, katanya lagi.

Agar leher tidak kaku, Noval pun sering kali mengingatkan agar posisi layar monitor harus diatur sedemikian rupa. Garis penglihatan mata atau eye level harus sejajar dengan monitor. Kalaupun tidak sejajar, minimal berada sedikit di bawahnya. Yang penting, ketinggiannya jangan berada di atas eye level karena leher akan tertarik setiap kali menatap layar komputer.

Untuk menghindarkan diri dari cedera tangan atau lengan, cara penggunaan mouse atau keyboard pun harus diperhatikan. Mestinya, tangan dan lengan berada dalam posisi lurus saat menggunakan kedua alat tersebut. Tapi, lagi-lagi, ucapannya itu tidak ditanggapi. Hanya dianggap angin lalu.

Ya,  di antara semua karyawan yang ada di kantor, Noval memang satu-satunya orang yang sangat peduli pada kesehatan. Bukan tanpa sebab, sebagai karyawan yang menghabiskan waktu delapan jam lebih duduk di depan komputer, Noval sadar betul bahwa pola hidup ini bisa mengancam kesehatan diri.

Oleh karena itu, selain sering mengingatkan teman-temannya, Noval sendiri selalu menjaga diri agar tidak mudah sakit atau mengalami cedera pada bagian tubuh tertentu dengan berbagai cara. Mulai dari menata posisi dan tempat duduk yang ergonomis hingga melakukan berbagai peregangan di sela-sela jam kerja. 

Selain itu, dirinya juga kerap berdiri lalu berjalan ke luar ruangan selama tiga hingga lima menit untuk merelaksasi otot. Hal ini biasanya dilakukan setiap satu jam sekali dengan cara-cara sederhana semacam mengambil minum di pantri, menghirup udara luar, atau sekadar turun naik ke lantai bawah dengan melewati tangga, lalu kembali lagi ke ruangan.

Di luar kantor, Noval juga selalu menjaga kesehatan dengan rutin berolahraga. Beberapa kali dalam sepekan dirinya akan menyempatkan berolahraga di pusat kebugaran atau main futsal bersama tetangga. Sebelum berangkat kerja pun Noval biasanya selalu menyempatkan diri untuk jogging atau sekadar jalan santai selama 15-30 menit.

“Duduk terlalu lama itu berbahaya,” ujar Noval suatu ketika pada rekan-rekan kantornya. “Apalagi kalau posisi duduknya tidak baik,” tambahnya. Hal itu bisa meningkatkan berbagai risiko penyakit kronis seperti jantung, diabetes, sampai bisa menyebabkan kematian dini.

Beberapa orang tercengang mendengar perkataan Noval, sisanya skeptis. Tapi, baik yang tercengang ataupun yang skeptis, dua-duanya melakukan hal yang sama beberapa hari setelahnya: kembali bekerja dan tidak melakukan apa-apa untuk mengatasi bahaya yang mungkin saja mengancam kesehatannya sewaktu-waktu tersebut.

“Ya sudah, terserah kamu saja. Semoga sakit punggungnya tidak memburuk, ya, Rul,” ucap Noval sambil berlalu meninggalkan Rully.

“Ke mana, Bro?” tanya Rully dengan pandangan masih tidak beranjak dari monitor.

“Bikin kopi!”

Mendengar kata kopi, Rully langsung teringat bahwa dirinya juga belum membuat kopi sedari pagi. Rully pun berniat menyusul Noval. Dia melakukan gerakan memutar lalu berdiri dengan tiba-tiba. Sepersekian detik kemudian, Rully berteriak kesakitan. Gerakan tiba-tibanya ternyata membuat nyeri punggung itu jadi berlipat ganda sakitnya.

Semoga menginspirasi, Salam safety!

×