Satu Keputusan yang Mengubah Segalanya

Rian adalah papa muda dengan seorang anak. Tepat hari itu, anaknya, berulang tahun yang ke-enam. Tentu saja anak itu merengek minta kado dan minta hari ulang tahunnya dirayakan.

“Iya, Sekar. Tapi perayaannya nanti hari Minggu saja, ya. Biar teman-teman kamu pada datang,” ucap Rian pada anak perempuannya itu. Sekar setuju. Namun, dia menginginkan kado ulang tahun dari ayahnya tetap didapat hari itu juga. Rian menyanggupi.

“Jangan lupa, Pah. Kalau kamu lupa, nanti dia bakal sangat kecewa,” bisik istri Rian. Rian mengangguk.

Sayangnya, kado itu tidak pernah sampai ke tangan sang anak. Bukan hanya kado, sejak hari itu Sekar bahkan tidak pernah lagi menjumpai ayahnya. Karena setelah berangkat kerja pagi itu, Rian tidak pernah kembali.

Pada hari yang mutlak nahas itu, Rian sebetulnya hendak melakukan pekerjaan seperti biasa. Seorang supervisor memintanya untuk melakukan pengecekan pada sebuah mesin di area produksi. Namun, satu keputusan yang dibuat Rian mengubah segalanya.

“Yang itu, ya!” ujar supervisor tersebut sambil menunjuk area mesin berukuran besar. “Kayaknya cuma perlu dicek saja. Sebentar juga bereslah,” tambahnya.

“Siap, Pak!” jawab Rian tanpa ragu.

Setelah mendapat perintah itu, Rian cepat-cepat bersiap melakukan prosedur Lockout-Tagout alias LOTO. Dia mengambil sebuah gembok beserta kuncinya dan sebuah tag yang bertuliskan “JANGAN DIOPERASIKAN”. Itu adalah perlengkapan LOTO terakhir yang tersedia, padahal biasanya gembok beserta kuncinya bertengger cukup banyak di sana.

Saat hendak dipasang pada tuas pengatur nyala-matinya mesin yang akan diperbaiki, ternyata di sana sudah ada dua gembok dan tag lain yang lebih dulu terpasang. Artinya, di area mesin yang sama, sedang ada teknisi lain yang juga sedang melakukan perbaikan atau perawatan.

Tanpa babibu, Rian segera mencoba memasang LOTO pada tuas. Namun, di saat bersamaan, supervisor kembali memanggil dirinya. Kegiatan memasang LOTO pun dihentikannya. Saat berjalan menghadap sang supervisor, Rian mencabut kunci yang sudah terpasang pada gembok kemudian menyimpannya dalam saku celana. Setidaknya, seingat Rian begitu.

“Pekerjaan tadi kan hanya makan waktu sebentar, jadi setelah beres, nanti kamu perbaiki mesin yang di site B, ya!” ucap supervisor. Rian mengiyakan.

Setelah urusannya dengan si supervisor beres, Rian kembali pada niat semula: memasang LOTO. Lagi-lagi, ada gangguan. Kali ini datang dari kunci. Saat merogoh saku celana, kunci yang tadi dia simpan mendadak hilang. Rian meraba semua saku yang ada di celana maupun bajunya, hasilnya tetap tidak ada. Entah ke mana kunci itu. Mungkin saja jatuh selama Rian berjalan, tapi mungkin juga kunci itu tidak pernah benar-benar dia masukkan ke dalam saku celananya.

Karena malas meminta gembok beserta kunci yang baru, ditambah sudah ada dua orang yang memasang LOTO dengan baik pada tuas itu, Rian pun memutuskan untuk tidak menerapkan prosedur LOTO bagiannya. Terlebih, Rian merasa bahwa dirinya hanya akan bekerja sebentar saja. Kian mantaplah dia melakukan hal tersebut.

Rian kemudian mengecek area sekitar mesin. Memang, ternyata ada dua rekannya yang sedang bekerja di sana. Mereka adalah Cholil dan Wafri.

“Lil, aku mau ngecek yang sebelah sana, ya. Tapi tadi aku ga pasang LOTO,” ungkap Rian.

“Lho, kenapa? Nanti dimarahin tahu rasa kamu,” semprot Cholil.

“Kan kerjaan aku kali ini cuma mau ngecek aja. Lima menit juga beres,” tangkis Rian. “Aku jamin aku bakal beres sebelum kalian, kok. Jadi aman lah,” tambahnya.

Karena tidak ingin berdebat lebih jauh, Cholil mengiyakan saja permintaan rekannya itu. Setelah berhasil meyakinkan Cholil, Rian pun melakukan hal yang sama pada Wafri. Wafri pun mengiyakan, bahkan tanpa bertanya-tanya.

Merasa sudah cukup aman dengan memberitahu rekannya, Rian pun mulai bekerja. Tidak diduga, pekerjaan yang dihadapinya ternyata tidak sesuai perkiraan. Menurut perhitungan kasar Rian, setidaknya pekerjaan itu paling cepat akan bisa selesai dalam waktu setengah jam atau bahkan lebih. Namun, karena sudah terlanjur menyanggupi, mau tidak mau Rian harus tetap mengerjakan dan menyelesaikannya.

Setengah jam berlalu, Rian masih fokus dengan pekerjaannya. Tubuhnya terbenam di antara sela-sela bagian mesin yang sedang diperbaiki. Sementara itu, Cholil dan Wafri sudah menyelesaikan pekerjaannya dan tinggal membereskan peralatan kerja saja.

“Duluan, Lil!” ujar Wafri yang ternyata beres lebih dulu ketimbang rekannya yang lain.

“Awas si Rian kelupaan,” imbuhnya.

“Si Rian kayaknya udah beres, deh. Soalnya tadi dia bilang cuman ngecek saja.”

“Oh, ok ok!” ujar Wafri sambil mengacungkan jempol kemudian berlalu dari hadapan Cholil.

Tak berselang lama, Cholil pun bangkit sambil menenteng kotak peralatan kerja. Untuk memastikan apakah Rian sudah beres atau masih bekerja, Cholil coba memanggilnya.

“Bro?”

Rian merasa ada seseorang yang memanggil, tapi karena panggilan itu tidak langsung menyebut namanya, dia pun tidak menghiraukannya dan kembali fokus bekerja.

Di sisi lain, karena tidak mendapat jawaban, Cholil meyakini bahwa Rian pasti sudah menyelesaikan pekerjaannya dan pergi dari area mesin tersebut. Cholil pun akhirnya berlalu. LOTO yang tadi dia pasang kemudian dilepasnya.

Jlek! Tuas pun ditarik ke arah atas. Kini posisinya sudah berubah dari OFF menjadi ON. Tidak perlu menunggu lama, mesin berukuran besar itu pun menyala. Namun, beberapa detik kemudian, tiba-tiba saja terdengar suara teriakan dari dalam area mesin yang baru saja dinyalakan. Suara Rian.

Semoga menginspirasi, Salam Safety!

×