Tidak hanya kesehatan fisik, pandemi Covid-19 juga memengaruhi kesehatan mental individu yang dapat menimbulkan masalah serius jika tidak dikelola dengan baik.
Sumber: thehomecarespot.com
Pandemi Covid-19 telah memicu ketidakpastian di penjuru dunia dan pemberitaan mengenai pandemi ini rasanya tak kunjung mereda, tentu ini dapat mengganggu emosional seseorang. Menurut World Health Organization (WHO), pandemi Covid-19 merupakan bencana non alam yang dapat memberikan dampak pada kondisi kesehatan mental setiap individu.
Sampai dengan tanggal 19 Mei 2020, dilaporkan total kasus konfirmasi Covid-19 sejumlah 4.735.622 dengan 316.289 kematian yang dilaporkan di 216 negara/wilayah. Pada tanggal 19 Mei 2020, Indonesia melaporkan kasus konfirmasi Covid-19 sebanyak 18.496 kasus.
WHO juga menyatakan munculnya pandemi ini dapat menimbulkan stres pada berbagai lapisan masyarakat. Terlebih anjuran untuk diam di rumah (stay at home) serta kebijakan jaga jarak aman (physical distancing) sedikit banyak menimbulkan jarak secara emosional antara keluarga, sahabat, rekan kerja, atau teman yang dapat saling memberi dukungan.
Pemerintah mengimbau masyarakat untuk melakukan belajar di rumah, bekerja di rumah atau Work From Home (WFH), ibadah di rumah, hingga larangan mudik Lebaran. Bagi sebagian orang, kondisi ini bisa dirasakan sebagai suatu tekanan atau beban yang sangat besar. Bila tidak dikendalikan dengan baik dan tepat, tekanan tersebut akan berdampak negatif pada kesehatan mental dan menimbulkan stres.
Baca juga artikel ini:
- Berkendara Selama PSBB? Ini Aturan yang Wajib Anda Patuhi!
- Sindrom Burnout Akibat Stres Berkepanjangan Pada Karyawan, Perusahaan Tidak Boleh Anggap Sepele
Penyebab dan Gejala Stres Saat Pandemi Covid-19
Sumber: promises.com
Pandemi Covid-19 kemungkinan memang memiliki pengaruh besar terhadap kesehatan mental global saat miliaran orang tidak bisa keluar rumah. Gangguan kesehatan mental ini dapat berupa stres, ketakutan, cemas, dan panik terhadap kejadian Covid-19.
Menurut WHO, stres yang terjadi saat pandemi ini dapat diakibatkan oleh berbagai hal, di antaranya:
- Takut jatuh sakit atau tertular wabah
- Takut kehilangan mata pencaharian, tidak dapat bekerja selama diam di rumah, dan dikeluarkan dari pekerjaan
- Takut diasingkan masyarakat/dikarantina karena dikait-kaitkan dengan penyakit (seperti rasisme terhadap orang yang berasal dari, atau dianggap berasal dari, tempat-tempat terdampak)
- Kesedihan dan kesepian karena jauh dari keluarga dan orang-orang terkasih
- Merasa tidak berdaya melindungi orang-orang terkasih dan takut kehilangan mereka karena virus yang menyebar
- Merasa tidak berdaya, bosan, kesepian, dan depresi selagi karantina atau selama diam di rumah
- Kecemasan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari
- Kebingungan akibat informasi yang simpang siur
- Takut mengalami wabah sebelumnya.
Hal-hal tersebut tidak hanya berdampak pada orang yang telah memiliki masalah kesehatan mental, seperti depresi atau gangguan kecemasan umum, namun juga dapat memengaruhi orang yang sehat secara fisik dan mental. Beberapa kelompok rentan mengalami stres selama pandemi Covid-19 antara lain lansia dan orang dengan penyakit kronis, anak-anak dan remaja, serta tenaga medis.
Menurut Center for Disease Control and Prevention (CDC) tentang “Stress and Coping”, gejala stres selama pandemi Covid-19 dapat mencakup:
- Ketakutan dan kecemasan berlebih akan kesehatan diri sendiri maupun orang terdekat
- Bersikap reaktif (seperti panic buying)
- Perubahan pola tidur dan pola makan
- Bosan karena terus-menerus berada di rumah, terutama pada anak-anak
- Mudah tersinggung
- Sulit berkonsentrasi
- Munculnya gangguan psikosomatik. Gangguan psikosomatik adalah suatu kondisi atau gangguan ketika pikiran memengaruhi tubuh, hingga memicu munculnya keluhan fisik
- Memburuknya kesehatan fisik, terutama pada penderita penyakit kronis, seperti diabetes dan hipertensi
- Munculnya gejala fisik umum seperti jantung berdebar lebih kencang, sakit kepala, pusing, kulit terasa gatal, kesemutan, otot-otot terasa tegang, sesak napas, dan sulit tidur yang berlangsung selama dua minggu atau lebih.
- Penyalahgunaan konsumsi alkohol, tembakau, dan obat-obatan.
Tips Mengelola Stres Saat di Rumah Selama Pandemi Covid-19
Pandemi Covid-19 masih berlangsung sampai saat ini di Indonesia. Untuk menekan laju penyebaran virus, pemerintah mengimbau masyarakat untuk melakukan physical distancing dengan tinggal di rumah saja.
Pada awalnya instruksi ini terdengar menyenangkan karena bisa selalu berkumpul dengan keluarga dan melakukan segala aktivitas di rumah. Namun, berada di rumah dalam jangka waktu yang panjang dengan situasi serba tidak menentu membuat sebagian orang merasakan gangguan kesehatan mental. Permasalahan yang terjadi seperti stres, depresi, frustrasi, rasa cemas, hingga ketakutan.
Lalu, bagaimana kita dapat mengelola stres saat di rumah selama pandemi Covid-19? Berikut tips mengelola stres menurut WHO, CDC, dan Kementerian Kesehatan (Kemenkes):
Sumber: cnbc.com
a. Untuk umum:
- Lakukan diet digital
- Batasi konsumsi informasi atau berita tentang Covid-19 hanya dua kali sehari dari sumber terpercaya saja seperti laman resmi pemerintah atau otoritas kesehatan
- Utamakan informasi praktis seperti langkah melindungi diri dan keluarga
- Hindari menonton, membaca, mendengar informasi yang membuat tertekan dan cemas
- Batasi juga penggunaan sosial media, apalagi yang berisi informasi negatif dan perdebatan.
- Jaga tubuh Anda dan terapkan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
- Cuci tangan secara teratur, jangan berlebihan
- Konsumsi makanan dengan gizi seimbang
- Tidur yang cukup
- Olahraga ringan secara teratur
- Cukup minum air putih
- Sebisa mungkin tetap menikmati sinar matahari dengan berjemur
- Terapkan etika batuk atau bersin
- Gunakan masker kain bagi yang sehat jika terpaksa harus keluar rumah
- Hindari merokok, alkohol, dan obat-obatan terlarang untuk mengatasi perasaan tidak nyaman.
- Tetap terhubung dengan orang-orang terdekat atau terkasih melalui teknologi
- Saling menyapa atau berbagi cerita positif melalui sosial media, pesan singkat, telepon, video call/conference
- Bicarakan kekhawatiran dan kecemasan Anda pada orang yang dapat dipercaya. Hubungi teman dan keluarga Anda.
- Jaga rutinitas harian
- Lakukan hobi atau hal lain yang Anda sukai, seperti memasak, berkebun, membaca, menonton film, dsb.
- Kegiatan rekreasi di rumah.
- Tingkatkan ibadah
- Perbanyak ibadah bersama keluarga
- Zikir, renungan, membaca kitab suci, atau buku agama.
- Lakukan relaksasi
- Duduk dengan posisi santai dan nyaman. Bayangkan hal yang menyenangkan dengan mata terpejam
- Tarik napas dari hidung, tahan 3 hitungan, lalu hembuskan napas dari mulut. Bayangkan seolah beban pikiran dilepaskan. Ulangi sebanyak 3 kali
- Bersyukur atas nikmat yang Tuhan YME berikan, ikhlas, dan sabar.
b. Untuk lansia:
Sumber: townsquare.media
- Tetap hormati, hargai, memperhatikan, dan mengikutsertakan dalam aktivitas keluarga dengan tetap memperhatikan physical distancing
- Berikan informasi yang akurat dan mudah dipahami oleh lansia tentang wabah Covid-19, namun tetap batasi informasi tentang Covid-19 yang diberikan kepada lansia
- Pertahankan komunikasi dengan anggota keluarga melalui berbagai media yang tersedia selama tinggal di rumah. Dorong keluarga atau teman untuk menelepon anggota keluarganya yang lansia dan ajari lansia melakukan panggilan video
- Tetap penuhi kebutuhan medis lansia, termasuk akses obat-obatan penting
- Beri lansia latihan fisik sederhana di rumah agar tetap aktif bergerak dan mengurangi kebosanan
- Tetap beraktivitas seperti biasa namun tetap menggunakan masker dan cuci tangan pakai sabun atau menjalankan PHBS.
c. Untuk anak dan remaja:
Sumber: weillcornell.org
- Ajak anak berbicara dengan tenang dan penuh kasih sayang, beri kesempatan mengekspresikan perasaan dan mengungkapkan isi pikiran, serta memberikan rasa aman
- Berikan pujian dan motivasi pada anak terkait aktivitas yang dilakukan
- Fasilitasi interaksi anak dengan teman-temannya melalui sosial media
- Bantu melakukan kegiatan yang disukai (hobi) atau yang dapat membuat ketenangan, menarik, dan menyenangkan seperti cara mencuci tangan dan menggunakan masker dengan benar, menggambar, menyanyi karaoke, masak bersama atau mengajak mereka berjalan-jalan di sekitar rumah yang disesuaikan dengan usia dan kemampuan anak
- Hindari segala bentuk kekerasan secara fisik, psikologis dan sosial. Membentak atau kekerasan terhadap anak hanya akan menambah rasa stres dan marah, pada diri orang tua maupun anak
- Tetap mengawasi penggunaan sosial media terutama informasi tentang COVID-19 yang dapat menimbulkan kepanikan atau stres
- Lakukan kegiatan relaksasi atau peregangan dengan menarik nafas dalam, tahan dan hembuskan melalui mulut secara perlahan setiap merasa cemas atau tertekan
- Lakukan olahraga sesuai kondisi di sekitar rumah
- Buat jadwal kegiatan harian untuk belajar dan bersantai atau menyenangkan yang dapat dilakukan secara rutin
- Kenali tanda-tanda masalah kejiwaan dan psikososial seperti: gelisah, sedih, bosan, mudah tersinggung, agresif, menyendiri. Jika diketemukan segera cari pertolongan pada tim kesehatan yang terdekat.
Rasa takut dan cemas merupakan hal wajar selama masa pandemi Covid-19 seperti sekarang ini. Namun, cobalah untuk selalu bersyukur dan berpikiran positif. Perlu diketahui penanggulangan kesehatan mental yang tepat dapat membantu Anda dalam mengelola stres. Jika stres dikelola dengan baik saat pandemi, maka sistem imun tubuh akan meningkat, sehingga dapat lebih kuat untuk melawan Covid-19.
Jika Anda atau menemukan seseorang mengalami stres berkepanjangan dan terasa berat, maka disarankan untuk segera berkonsultasi kepada profesional kesehatan jiwa seperti psikolog atau psikiater.
Semoga bermanfaat. Salam safety!