Pada 2015, terdapat sekitar 48 juta orang pengidap penyakit Alzheimer di seluruh dunia. Selain faktor genetik, ada unsur lain yang bisa menyebabkan Alzheimer, yakni polusi udara. – World Health Organization (WHO)
Sumber: alzdiscovery.org
Apakah polusi udara berdampak buruk pada otak? Benarkah polusi yang bersumber dari asap kendaraan bisa memicu seseorang terkena Alzheimer? Polusi udara terjadi karena adanya zat-zat berbahaya yang masuk dan tercampur di lapisan udara dalam jumlah yang bisa membahayakan lingkungan, kesehatan dan jiwa manusia.
Berdasarkan data World Resource Institute (WRI), Indonesia termasuk negara yang berada di urutan sepuluh besar dengan tingkat polusi udara paling tinggi di dunia. Di kota-kota besar seperti Jakarta, Bogor, Depok dan Tangerang, polusi udara sudah memasuki tingkat berbahaya.
Baca juga artikel ini:
Disadari atau tidak, polusi tersebut bisa menggerogoti tubuh dan akhirnya menyebabkan penyakit, salah satunya menyerang otak manusia. Sebuah penelitian biofisika yang dipublikasikan Proceedings of the National Academy of Sciences menyatakan bahwa asap kendaraan dan polusi udara lainnya turut menyebabkan Alzheimer.
Studi tersebut menyumbangkan masukan penting tentang kemungkinan sebab non genetik penyakit Alzheimer, penyakit yang menyebabkan hilang ingatan dan demensia, yang bisa berdampak pada jutaan orang di seluruh dunia.
Asap Kendaraan dan Bahayanya Bagi Kesehatan
Asap kendaraan adalah produk sisa dari pembakaran mesin kendaraan. Asap kendaraan mengandung berbagai zat-zat berbahaya seperti karbon monoksida (CO), benzene, timbal (Pb), hidrokarbon (HC), nitrogen dioksida (NO₂), karbon dioksida (CO₂), ozon (O3) dan partikulat- partikulat lainnya.
Sumber: theconversation.com
Asap kendaraan dapat dengan mudah terhirup oleh siapa saja yang berada di sekitar kendaraan yang mengeluarkan emisi. Tanpa disadari, paparan asap kendaraan berdampak buruk bagi kesehatan.
Bahaya asap kendaraan bagi kesehatan:
- Otak, ditandai dengan melemahnya fungsi dan koordinasi otak akibat kadar O₂ di dalam otak menurun pada saat CO terhirup. Akumulasi partikulat juga bisa menyerang sel-sel syaraf sehingga meracuni atau merusak intelegensi, fungsi mental, memori, perilaku dan kerusakan sel syaraf lainnya.
- Mata, ditandai dengan kondisi mata berair, mata merah dan menjadikannya mudah teriritasi.
- Jantung, partikel-partikel yang ada dalam kabut asap berisiko menginfiltrasi aliran darah manusia sehingga berakibat buruk bagi jantung.
- Hidung, tenggorokan dan paru-paru, ditandai adanya iritasi pada hidung dan tenggorokan terasa terbakar akibat terganggu ozon.
Asap Kendaraan dan Alzheimer
Benarkah asap kendaraan bisa menyebabkan Alzheimer? Bagaimana asap kendaraan bisa menyebabkan Alzheimer?
Sumber: tecake.in
Menurut World Health Organization (WHO), pada 2015 terdapat sekitar 48 juta orang mengidap penyakit Alzheimer di seluruh dunia. Salah satu tanda awal penyakit ini umumnya adalah ketidakmampuan menyimpan ingatan-ingatan baru atau mengingat kembali detail-detail pengalaman yang belum begitu lampau. Dampak buruknya adalah gangguan berat atas ingatan episodik.
Andrew Lees, penulis buku Alzheimer’s: The Silent Plague menyatakan, penyakit Alzheimer bukan hanya dapat menghapus ingatan, tetapi juga dapat menurunkan kemampuan berpikir dan berbicara, serta perubahan perilaku pada penderita akibat gangguan di dalam otak yang bersifat progresif atau perlahan-lahan.
Sekalipun Alzheimer sudah ditemukan pada awal abad ke-20, pengetahuan manusia tentang penyakit ini masih sangat terbatas. Para ilmuwan belum sepenuhnya memahami penyebab Alzheimer. Sejumlah penelitian baru menemukan faktor kesehatan, genetika dan lingkungan turut berperan dalam penyakit ini.
Dari segi genetika, ada dua jenis gen yang mempengaruhi seseorang dapat terkena penyakit Alzheimer, yaitu gen risiko (risk genes) dan gen penentu (deterministic genes). Gen-gen deterministik menyebabkan sebuah penyakit secara langsung, menjamin bahwa orang yang memilikinya pasti terkena penyakit itu.
Gen-gen deterministik penyebab Alzheimer ini relatif langka. Kasus Alzheimer yang dipengaruhi oleh gen deterministik berjumlah kurang dari 5 persen dari keseluruhan. Mengingat Alzheimer yang disebabkan gen-gen deterministik relatif langka, maka kemungkinan besar lingkungan juga berperan besar dalam persebaran penyakit ini, salah satunya polusi yang bersumber dari asap kendaraan.
Bagaimana asap kendaraan bisa menyebabkan penyakit Alzheimer?
Nanopartikel besi magnetit yang berasal dari asap kendaraan dapat masuk ke dalam otak dan kemungkinan berkontribusi terhadap penyakit Alzheimer. (Data dilansir dari nationalgeographic.co.id)
Dari kiri ke kanan, magnetit endogen di otak, magnetit di udara dan polusi partikel magnetit di dalam otak.
Sumber: huffingtonpost.com
Baru-baru ini, sebuah penelitian biofisika yang dipublikasikan di jurnal Proceedings of the national Academy of Sciences menyatakan tentang kemungkinan sebab non genetik penyakit Alzheimer. Orang-orang yang tinggal di kota-kota besar dengan tingkat polusi udara tinggi berpotensi terkena Alzheimer. Lingkungan dengan udara kotor memiliki jumlah nanopartikel beracun yang melimpah di atmosfer dan kontak teratur dengan udara terkontaminasi dapat menyebabkan Alzheimer.
Penelitian itu menemukan jutaan partikel magnetit besi oksida (Fe3O4) berukuran nano dalam satu gram jaringan otak penderita Alzheimer. Magnetit adalah mineral magnetik yang terkait dengan penyakit neurodegeneratif.
Sebuah percobaan telah dilakukan, para peneliti memeriksa jaringan otak 37 orang yang telah meninggal dunia antara usia tiga sampai 92 tahun dan pernah tinggal di Mexico City, Meksiko atau Manchester, Inggris, dua kota besar di dunia dengan tingkat polusi udara yang tinggi. Mereka menemukan, adanya kandungan partikel magnetit yang besar pada sampel dari Mexico City dan para pengidap Alzheimer berusia lanjut (kematian pada usia 65 tahun ke atas) dari Manchester.
Para peneliti, Barbara Maher dan David Allsop, dalam sebuah tulisan yang diterbitkan The Conversation, menyatakan partikel-partikel magnetit ini berlimpah ruah di udara kota yang tercemar polusi. Mereka terbentuk dalam suhu tinggi dan membeku jadi butiran kaya besi begitu mendingin.
Menurut Maher dan Allsop, sumber utama partikel-partikel magnetit itu adalah kendaraan bermotor. Partikel-partikel itu terbentuk dalam pembakaran bahan bakar, terutama oleh mesin diesel dan pemanasan akibat gesekan bantalan rem.
Para peneliti menduga yang terjadi adalah ketika seseorang menghirup udara, partikel-partikel yang berukuran sangat kecil ini dapat terhirup melewati saluran pernapasan dan mencapai otak melalui bulbus olfaktorius. Hanya partikel-partikel berukuran lebih kecil dari 200 nanometer yang dapat memasuki otak secara langsung lewat pernapasan.
Bulbus olfaktorius adalah serabut-serabut otak yang mempengaruhi penciuman. Jalur menuju otak ini merupakan salah satu dari sedikit jalur yang tidak dilindungi oleh sawar darah otak (SDO), yang biasa menghalangi partikel asing pada darah mencapai otak.
Partikel-partikel magnetit ini berbentuk bulat, sama dengan partikel-partikel polusi yang biasanya berbentuk tetesan air. Partikel-partikel ini memiliki ukuran bervariasi, dengan diameter antara 5 hingga 150 nanometer.
Partikel-partikel tersebut ditemukan bersamaan dengan nanopartikel lain yang mengandung logam-logam seperti platina, nikel dan kobalt, yang mustahil tercipta secara alamiah di dalam otak. Ketika dibandingkan dengan partikel-partikel nano dalam udara berpolusi, hasilnya ada kemiripan mencolok.
Bagaimana para peneliti mengetahui hubungan antara partikel-partikel magnetit dengan Alzheimer?
Maher mengungkapkan bahwa logam terakumulasi dalam otak pengidap Alzheimer, kadang-kadang terjadi seiring penuaan. Terkadang ada lebih banyak logam dalam otak, tetapi tidak diketahui asal muasal-nya. Bentuk logam yang ditemukan dalam otak penderita Alzheimer sama dengan logam yang pada umumnya terlihat dalam atmosfer.
Meski, para peneliti tidak mengklaim kaitan langsung antara partikel-partikel magnetit dan Alzheimer, mereka meyakini penting agar riset terus dilanjutkan. Sebab, magnetit adalah mineral berbahaya bagi otak, maka sangat penting untuk mencari dan mengidentifikasi magnetit dalam otak manusia lebih lanjut.
Beberapa studi lain juga telah menemukan jumlah melimpah magnetit di area otak penderita Alzheimer, namun bagaimana partikel-partikel magnetit terlibat dalam penyakit tersebut belum diketahui secara jelas. Nanopartikel magnetit dalam asap kendaraan perlu diperiksa jauh sebagai kemungkinan penyebab penyakit-penyakit otak, termasuk Alzheimer.
* * *
Meski para peneliti perlu melakukan riset lebih lanjut mengenai hubungan antara asap kendaraan dengan penyakit- penyakit otak, seperti Alzheimer, namun bahaya asap kendaraan bagi kesehatan harus tetap diwaspadai. Berikut beberapa cara meminimalkan paparan polusi kendaraan bermotor:
- Jika memungkinkan, hindari daerah-daerah dengan tingkat polusi udara yang tinggi
- Gunakan masker saat berada di jalan raya
- Tutup jendela mobil saat berada dalam lalu lintas padat, namun sesekali membuka jendela diperbolehkan untuk mengurangi penumpukan karbon dioksida
- Hindari memanaskan kendaraan terlalu lama
- Rawat kendaraan secara berkala untuk memastikan semua komponen berjalan dengan baik. Mulai dari penggantian oli, menjaga tekanan angin ban hingga penggantian penyaring bahan bakar, oli dan udara sesuai tipe kendaraan Anda
- Berkendara dengan aman juga berkontribusi mengurangi polusi. Misalnya, mengemudi pada atau di bawah kecepatan maksimum, mengemudi dengan kecepatan stabil dan jangan berhenti mendadak.
- Menanam pepohonan dapat membantu mengurangi polusi udara
- Gunakan sepeda atau berjalan kaki kapan pun Anda bisa
- Gunakan kendaraan umum
- Ikut partisipasi dalam program Hari Bebas Kendaraan Bermotor (Car Free Day).
Semoga Bermanfaat, Salam Safety!