Pandemi berkepanjangan telah menimbulkan banyak persoalan kesehatan baru, salah satunya Coronasomnia.

“Sejak pandemi aku kok sulit tidur, tidur gak nyenyak, dan sering terbangun di malam hari. Apa aku mengalami Coronasomnia?” Seperti Sobat Pro Safety ketahui, pandemi Covid-19 sudah berlangsung lebih dari setahun. Situasi pandemi berkepanjangan ini telah menimbulkan banyak persoalan kesehatan baru seperti pandemic fatigue dan quarantine fatigue.

Akhir-akhir ini muncul istilah baru, yakni Coronasomnia. Meski bukan istilah medis resmi, istilah Coronasomnia sudah mulai dikenal. Coronasomnia adalah gangguan tidur yang dialami seseorang yang sulit menerima kondisi pandemi. Coronasomnia ini merujuk pada gejala insomnia yang erat kaitannya dengan pandemi.

Dilansir BBC, sebuah studi pada Agustus 2020 yang dilakukan Universitas Southampton Inggris menunjukkan bahwa jumlah orang yang mengalami insomnia meningkat, yang sebelumnya satu dari enam orang, menjadi satu dari empat orang.

Sementara di Cina, tingkat insomnia naik dari 14,6% menjadi 20% selama puncak lockdown. Dilansir cnbcindonesia.com, sebanyak 71% responden (13.000 dari 13 negara) mengalami gangguan tidur.

Adanya stresor, perubahan kebiasaan, kegiatan yang monoton, dan revenge bedtime procrastination (RBP) menjadi penyebab terjadinya Coronasomnia.

Baca juga artikel ini:

Kenapa Seseorang Dapat Mengalami Coronasomnia?

Ada beberapa faktor yang menjadi “biang keladi” seseorang dapat mengalami Coronasomnia, di antaranya:

  • Penyakit Covid-19 itu sendiri
  • Kecemasan berlebih dan peningkatan stres
  • Perubahan kebiasaan jadi lebih monoton, seperti lama duduk saat WFH dan kerja online 24 jam
  • Kegiatan kurang berirama dan kurang interaksi sosial
  • Revenge bedtime procrastination (RBP), mengorbankan waktu tidur untuk ‘balas dendam’ dan melakukan hal-hal yang disukai untuk diri sendiri, seperti bermain gadget, menonton film, atau membuka sosial media secara berlebihan pada waktu malam menjelang tidur.
  • Ketidakpastian informasi yang diperoleh.
Siapa yang Berisiko Terkena Coronasomnia?

Dilansir sleepfoundation.org, Coronasomnia dapat menimpa siapa saja. Namun ada beberapa kelompok tertentu yang memiliki risiko lebih tinggi terkena Coronasomnia, di antaranya:

  • Pasien Covid-19
  • Pekerja garis depan, seperti petugas kesehatan, keamanan masyarakat, dsb.
  • Pekerja industri esensial
  • Siswa dan mahasiswa
  • Wanita dewasa muda.

Pasien Covid-19 paling banyak melaporkan masalah tidur, karena gejala penyakit yang membuat sulit untuk beristirahat, seperti sesak napas dan batuk. Sebanyak 75% pasien telah melaporkan gangguan tidur yang mereka alami.

Apa Saja Gejala Coronasomnia?

Biasanya kalau Anda mengalami Coronasomnia, Anda akan mengalami hal-hal berikut:

  • Gejala insomnia: seperti susah tidur, mudah terbangun atau susah tidur nyenyak.
  • Meningkatnya level stres
  • Meningkatnya gejala kecemasan dan depresi seperti pikiran-pikiran yang mengganggu
  • Jadwal tidur yang terlambat
  • Gejala kurang tidur, seperti mengantuk di siang hari, kesulitan fokus dan konsentrasi, dan mood yang buruk.

 

Dilansir sleepfoundation.org, selama pandemi Covid-19, berbagai penelitian telah mendokumentasikan peningkatan insomnia dan gangguan kesehatan mental. Para ahli memperkirakan jumlah orang yang mengalami segala bentuk insomnia telah meningkat 37% dibanding sebelum pandemi.

Pada saat yang sama, empat dari sepulih orang melaporkan setidaknya satu gejala kesehatan mental selama pandemi. Dibandingkan tahun 2019, jumlah orang dengan gejala kecemasan meningkat tiga kali lipat. Sementara untuk depresi, meningkat empat kali lipat.

Kebiasaan tidur orang juga berubah selama pandemi. Kebanyakan orang menghabiskan lebih sedikit waktu untuk tidur di malam hari dan lebih banyak tidur di siang hari. Mereka juga memundurkan waktu tidur dan bangun mereka, masing-masing sebanyak 39 menit dan 64 menit. Akibatnya, kualitas tidur menjadi terganggu.

Bagaimana Cara Mengatasi Coronasomnia?

Pada dasarnya, Anda tidak perlu khawatir jika mengalami Coronasomnia karena untuk mengatasinya tidak membutuhkan perawatan medis.

Namun, karena efeknya cukup terasa dan bisa berakibat pada kesehatan fisik dan mental, ada baiknya melakukan beberapa hal ini untuk mengatasinya.

1. Terapkan sleep hygiene

Sleep hygiene yaitu kegiatan untuk memperbaiki kualitas tidur melalui perubahan perilaku dan lingkungan yang kondusif.

  • Kurangi konsumsi kopi pada sore hingga malam hari
  • Tidur pada jam yang sama secara konsisten
  • Matikan perangkat elektronik (TV, laptop, handphone) menjelang tidur
  • Matikan lampu 30 menit sebelum tidur, karena cahaya terang cegah produksi melatonin. Melatonin adalah hormon alami tubuh yang berperan penting dalam mengatur pola tidur.
  • Hindari penggunaan gadget di tempat tidur
  • Hindari makan terlalu malam
  • Batasi waktu tidur siang. Durasi tidur siang ideal adalah 20-30 menit.
  • Lakukan olahraga teratur setidaknya 1 jam sebelum tidur.

2. Jaga rutinitas harian

Lakukan rutinitas harian yang sama dan buat daftar aktivitas harian beserta waktu yang jelas untuk memulai/mengakhiri aktivitas tersebut. Terutama bagi Anda yang masih bekerja dari rumah, samakan jam kerja dengan jadwal kerja di kantor.

3. Batasi jumlah waktu dan sosial media, cukup konsumsi berita penting dan yang dibutuhkan saja.

4. Jika terbangun di malam hari, lakukan:

  • Keluar dari kamar tidur
  • Ganti lokasi, pastikan lampu tetap redup
  • Jangan lakukan sesuatu yang buat semangat.

Salam safety!

 

 

×